Headlines News :
SELAMAT DATANG DI BLOG PARIWISATA JAMBI

    Mengenal Jambi

    Search This Blog

    Translate

    Wisata Arung Jeram Batang Merangin

    Wisata Arung Jeram Batang Merangin. Obyek Wisata Sungai Manau terletak di Desa Air Batu, Kecamatan Renah Pembarab, Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi, Indonesia. Sungai ini merupakan salah satu dari beberapa sungai di Kabupaten Merangin yang memiliki hulu di Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS).

    Airnya mengalir melewati perbukitan dan beberapa lembah dengan medan yang cukup terjal dan berbelok-belok. Sungai ini memiliki medan yang bagus untuk dijadikan tempat wisata dan olahraga arung jeram.

    Persatuan Olahraga Arung Jeram Propinsi Jambi yang merupakan bagian dari Persatuan Olahraga Dayung Indonesia (PORDASI), sering memanfaatkan Sungai Manau sebagai tempat latihan.

    Kegiatan olahraga Arung Jeram di Sungai Manau Merangin terus mengalami kemajuan yang cukup menggembirakan. Bahkan, Atlet yang ikut latihan pun mulai berdatangan dari luar daerah.

    Menanggapi hal ini, Pemerintah Daerah Kabupaten Merangin kemudian menetapkan kawasan Daerah Aliran Sungai Manau sebagai salah satu tujuan wisata di kabupaten Merangin Jambi, khususnya untuk olahraga arung jeram. Dalam mendukung hal ini, maka dilakukanlah berbagai upaya seperti memperbanyak kegiatan perlombaan arung jeram, baik skala lokal maupun nasional.

    Bagi para wisatawan yang memiliki hobi yang lumayan menantang seperti olahraga arung jeram ini, sangat tepat jika memilih Sungai Manau Merangin sebagai salah satu tempat melakukan olahraga Arung Jeram. Karena Sungai Manau Merangin didukung dengan medan yang ekstrim dan rintangan yang sangat menantang, seperti dinding-dinding sungai dengan celah yang sempit, tebing yang curam dan dikelilingi oleh batu-batu besar, serta air sungai yang mengalir dengan deras dan siap menghempaskan siapa saja.

    Di sungai ini, pernah digelar perlombaan olahraga arung jeram skala nasional sampai beberapa kali, terakhir diadakan pada awal tahun 2009. Para peserta yang ikut dalam lomba arung jeram ini cukup banyak. Mereka datang dari berbagai daerah di Provinsi Jambi maupun dari luar daerah di tanah air. Mereka datang dengan satu tujuan, yaitu mencoba menaklukkan liarnya air sungai, ekstrimnya medan perlombaan, dan menjadi yang terbaik dari para peserta lomba lainnya.

    Selain menikmati tantangan olahraga arung jeram, para pelancong juga dapat menikmati suguhan keindahan alam di sepanjang aliran sungai. Para pelancong akan terhibur dengan pemandangan alam yang begitu asri baik ketika mengayuh dayung di tengah sungai manau maupun ketika istirahat setelah selesai melakukan olahraga arung jeram.

    Untuk dapat mencapai lokasi, para wisatawan bisa menggunakan jalur transportasi darat, seperti angkutan umum, ojek, mobil sewaan, atau mobil pribadi. Perjalanan dapat dimulai dari Kota Jambi menuju Kota Bangko yang berjarak sekitar 310 km dengan jarak tempuh sekitar 4 jam.

    Setelah sampai di Kota Bangko perjalanan kemudian dilanjutkan menuju lokasi objek wisata, yaitu Desa Air Batu yang berjarak sekitar 20 km dari tengah kota dengan waktu tempuh sekitar 30 menit. Dan hebatnya, Untuk dapat masuk lokasi wisata ini, pengunjung tidak dipungut biaya.

    Di akhir tahun 2013 lalu berlangsung pembukaan Jambi Merangin Geopark Rafting Championship 2013 (lomba arung jeram) tingkat nasional di Sungai Batang Merangin, berlangsung spektakuler. Ajang bergensi dibuka Gubernur Jambi H Hasan Basri Agus (HBA).

    Ribuan massa dari perbagai penjuru tumplekblek, membajiri lokasi acara pembukaan digaris star Desa Air Batu Kecamatan Renah Pembarab. Luapan massa juga terlihat di sepanjang aliran Sungai Batang Merangin yang dilalui kehebatan lajunya perahun karet para peserta lomba.

    Para tamu undangan yang hadir tidak hanya pejabat dari pusat, tapi juga pejabat dari provinsi tetangga, para kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Pemprov Jambi, kabupaten tetangga dan pejabat Merangin serta undangan penting lainnya.

    Dikatakan gubernur, ajang berkelas ini akan diagendakan menjadi kegiatan tahunan nasional Provinsi Jambi. Lomba arung jeram yang berlangsung di Sungai Batang Merangin tersebut, merupakan paduan olahraga dengan keindahan alam.

    "Lomba arung jeram di Merangin ini beda dengan di daerah lainnya. Ini merupakan even perpaduan olahraga dengan wisata alam. Para peserta dapat melihat geopark warisan dunia di sepanjang aliran sungai yang dilalui," terang HBA.

    Lomba arung jeram itu lanjutnya akan terus dikembangkan, karena juga sebagai gerakan penyelamatan lingkungan sungai. Tidak hanya sebatas tingkat nasional, kedepan lomba arung jeram ini akan ditingkatkan menjadi even internasional.

    Bupati Merangin Al Haris menambahkan, lomba arung jeram di Kabupaten Merangin yang rutenya menyisiri kawasan geopark warisan dunia telah dilaksanakan sejak 1998. Selanjutnya dilakukan kegiatan yang sama pada 2008 dan pada 2013 lomba arung jeram ini kembali diadakan.

    "Depannya Kabupaten Merangin siap melaksanakan even bergengsi ini untuk tingkat internasional. Untuk itu rutenya akan kita permanenkan, sehingga atlit dari mana saja yang ingin menjajal medan arung jeram Merangin-Jambi bisa mencobanya,"terang Bupati.

    Geopark Merangin yang berusia sekitar 350 ribu tahun sebagai warisan dunia lanjut bupati, saat ini tengah dalam proses tahap pengajuan dokumen untuk diakui dunia. Bila telah diakui Unisco, akan menjadi wisata internasional yang akan berdampak pada peningkatan ekonomi masyarakat.

    Menteri Pemuda dan Olahraga Roy Suryo melalui Deputi Kementerian menegaskan arung jeram sebagian dari olahraga yang memerlukan keterampilan khusus. Untuk itu para peserta diingatkan agar lebih berhati-hati.

    "Apalagi yang digelar di Kabupaten Merangin dengan medan yang cukup menantang, arus dan obaknya cukup deras sehingga menjadi sarana olahraga ekstrim yang kebetulan juga berada di lokasi Geopark warisan dunia,"terang Menteri.

    Semoga lanjutnya lomba arung jeram di Kabupaten Merangin bisa menjadi agenda nasional yang diadakan setiap tahunnya. Dukungan tersebut tidak berlebihan, mengingat medan arung jeram di Kabupaten Merangin lebih dahsyat dari lokasi lainnya.

    Sementara itu Ketua panitia pelaksana lomba Sibawaihi mengatakan, lomba arung jeram tersebut diikuti sebanyak 21 klup, lima klup diantaranya berasal dari Provinsi Jambi. Peserta diberikan fasilitas transportasi, akomodasi, konsumsi dan perlengkapan lainnya.

    "Kejuaran arung jeram ini merebutkan total hadiah Rp 108 juta. Selain itu juga tropy bergensi untuk juara masing-masing kategori lomba. Semoga ajang ini menjadi kegiatan wisata untuk meningkatkan ekonomi kerakyatan, "harap Sibawaihi yang juga menjabat sebagai Sekda Merangin.

    Sedangkan H Agus Rasyid utusan dari Federasi Arung Jeram Indonesia (FAJI) akan terus berkomitmen mengembangkan olahraga arung jeram. Lebih-lebih lomba tersebut diadakan di Kabupaten Merangin dengan medan yang sangat menantang.

    "Olah raga ini telah masuk sebagai anggota KONI dan mulai tahun depan masuk dalam salah satu cabang olah raga yang dilombakan pada PON di Jawa Barat. Jadikan olahraga yang berprestasi dan selamat bertanding, junjung tinggi nilai-nilai kejujuran,"pintanya. (*)

    Trayek Angkutan Kota Jambi

    Sesuai kan tujuan jurusan anda dengan warna angkot yang telah di tentukan.

    Rute Angkot Kota Jambi Jurusan-jelutung-kebun handil-kebun kopi

    Line
    4 B Warna Angkot Hijau
    ..:: Jurusan Jelutung-Kebun Handil ::..
    Berangkat : Terminal Rawasari - Jl. HP Kusuma - Jl. Hayam Wuruk - Jl. DI Panjaitan - Jl. Letkol. Yunus Sanis - Jl. Adam Malik - Jl. R Wijaya - Komp. Pertamina (Ring Road)
    Kembali : Komp. Pertamina - Jl. R. Wijaya - Jl. Adam Malik - Jl. Letkol Yunus Sanis - Jl. DI Panjaitan - Jl. Hayam Wuruk - Jl. P Diponegoro - Jl. Rang Kayo Hitam - Jl Sers Zuraida - Terminal Rawasari


    Rute Angkot Kota Jambi Jurusan-Thehok-Candra-Selincah

    Line
    5 D Warna Angkot Merah
    ..:: Jurusan Thehok-Lrg Chandra-Silincah ::..
    Berangkat/Kembali : Terminal Rawasari - Jl. HP Kusuma - Jl. P Diponegoro - Jl. Jend. Sudirman - Jl. Soekarno-Hatta - Jl. Iswahyudi - Lrg. Chandra - Talang Bakung - Jl. Fatahillah - Silincah - Jl. Rang Kayo Pingai - Jl. May. Abd. Kartawirana - Jl. Rang Kayo Hitam - Jl Sers Zuraida - Terminal Rawasari

    Rute Angkot Jurusan Talang Banjar - Talang Bakung

    Line
    5 C - Warna Angkot Merah
    ..:: Jurusan Talang Banjar-Talang Bakung ::..
    Berangkat : Terminal Rawasari - Jl. HP Kusuma - Jl. P Diponegoro - Jl. May. Abd. Kartawirana - Jl. Rang Kayo Pingai - Jl. GR Djamin D Bagindo - Jl. M. Taher - Jl. R Siagian - Simp. Chandra - Jl. Talang Bakung - Jl. Hasanuddin (Batas Kota)
    Kembali : Jl. Hasanuddin (Batas Kota) - Talang Bakung - Simp. Chandra - Jl. R Siagian - Jl. Kol M Taher - Jl. GR Djamin D Bagindo - Jl. Bhayangkara - Jl. Rang Kayo Pingai - Jl. May. Abd. Kartawirana - Jl. Rang Kayo Hitam - Jl. Sers. Zuraida - Terminal Rawasari

    Rute Angkot Kota Jambi - Jurusan Thehok-Beringin

    Line
    5 B Warna Angkot Merah
    ..:: Jurusan Thehok-Beringin ::..
    Berangkat/Kembali : Terminal Rawasari - Jl. HP Kusuma - Jl. Jend. Sudirman - Jl. Soekarno-Hatta - Jl. A. Rahman Saleh - Jl. Darmawangsa - Jl. Adam Malik - Jl. R Wijaya - Beringin - Jl. Soekarno-Hatta - Jl. Jend. Sudirman - Jl. P. Diponegoro - Jl. Rang Kayo Hitam - Jl Sers Zuraida - Terminal Rawasari

    Rute Angkot Jambi - Jurusan Talang Banjar - Selincah

    Line
    5 A Warna Angkot MERAH
    ..:: Jurusan Talang Banjar-Silincah ::..
    Berangkat/Kembali : Terminal Rawasari - Jl. HP Kusuma - Stadion Tri Lomba Juang - Jl. P. Diponegoro - Jl. May. Abd. Kartawirana - Jl. Rang Kayo Hitam - Jl. Sentot Alibasa - Silincah - Jl. Lingkar Timur - Taman ACI (pp)

    Rute Angkot Jambi - Jurusan Jelutung-Perumnas

    Line
    4 C - Warna Angkot Hijau
    ..:: Jurusan Jelutung-Perumnas ::..
    Berangkat : Terminal Rawasari - Jl. HP Kusuma - Simp. Jelutung - Jl. Hayam Wuruk - Jl. DI Panjaitan - Jl. Sumatera - Jl. Basuki Rahmat - Jl. Agus Salim (Ring Road)
    Kembali : Jl. Agus Salim - Jl. Basuki Rahmat - Jl. Sumatera - Jl. DI Panjaitan - Jl. Hayam Wuruk - Simp. Jelutung - Jl. P Diponegoro - Jl. Rang Kayo Hitam - Jl Sers Zuraida - Terminal Rawasari

    Rute Angkot Jambi - Jurusan Jelutung-Kenali Asam

    Line
    4 A - Warna Angkot HIJAU
    ..:: Jurusan Jelutung-Kenali Asam ::..
    Berangkat : Terminal Rawasari - Jl. HP Kusuma - Jl. Hayam Wuruk - Jl. Gajah Mada - Jl. M Yamin - Jl. May. Marzuki - Jl. P. Hidayat - Jl. Mars. Surya Darma - Simp. IV Kenali KM10 (Ring Road)
    Kembali : Simp. IV Kenali KM10 - Jl. Mars. Surya Darma - Jl. P. Hidayat - Jl. May. Marzuki - Jl. M Yamin - Jl. Gajah Mada - Jl. Hayam Wuruk - Jl. P Diponegoro - Jl. Rang Kayo Hitam - Jl Sers Zuraida - Terminal Rawasari

    Rute Angkot Jambi - Jurusan Broni-Telanaipura-Seberang

    Line
    3 C Warna Angkot Biru
    ..:: Jurusan Broni-Telanaipura-Seberang ::..
    Berangkat : Terminal Rawasari - Jl. MH. Thamrin - Jl. KH. Dahlan - Jl. Sultan Taha - Jl. Slamet Riyadi - Jl. Urip Sumodiharjo - Jl. Kol. Abunjani - Mesjid Nurdin H - Sei. Kambang - Kol. Amir Hamzah - Simp. BI - Perkantoran Provinsi - RSUD - Buluran - Jl. Siwabessy - Teluk Kenali - Perumtas Aur Duri - Jembatan Aur Duri - Kec. Danau Teluk - Kec. Pelayangan
    Kembali : Kec. Pelayangan - Kec. Danau Teluk - Jembatan Aur Duri - Perumtas Aur Duri - Teluk Kenali - Jl. Madjid Jambi - Puskesmas Buluran - Jl. Dr. Tazar - Jl. Depati Perbo - Jl. Inu Kertapati - Jl. Atmadibrata - RSUD - Perkantoran Provinsi - Simp. BI - Jl. Kol Amir Hamzah - Jl. Urip Sumoharjo - Jl. Slamet Riyadi - Jl Sultan Taha - Jl. R. Mataher - Jl. Rang Kayo Hitam - Jl Sers Zuraida - Terminal Rawasari

    Rute Angkot Jambi - Jurusan Broni-Telanaipura

    Line
    3 B Warna Angkot Biru
    ..:: Jurusan Broni-Telanaipura ::..
    Berangkat : Terminal Rawasari - Jl. MH. Thamrin - Jl. KH. Dahlan - Jl. Sultan Taha - Jl. Slamet Riyadi - Jl. Yusuf Singedekane - Jl. A. Manap - Jl. Simp. Karya - Jl. A. Thalib - Jl. SLTP 7 - Jl. Kapt. A. Bakar - Komp. Bukit Indah - SLB - Ring Road - BLK - Pemancar - Bangunan - Jl. Arif Rahman Hakim
    Kembali : Jl. Arif Rahman Hakim - Simp. Karya - Jl. A. Manap - Jl. Yusuf Singedekane - Jl. Slamet Riyadi - Jl Sultan Taha - Jl. R. Mataher - Jl. Rang Kayo Hitam - Jl Sers Zuraida - Terminal Rawasari

    Rute Angkot Jambi - Jurusan Sipin-Telanaipura

    Line
    3 A - Warna Angkot Biru
    ..:: Jurusan Sipin-Telanaipura ::..
    Berangkat : Terminal Rawasari - Jl. MH. Thamrin - Jl. Sultan Agung (Murni) - Jl. S. Brojonegoro - Jl. Urip Sumoharjo - Jl. Prof. Sri Sudewi - Jl. A. Yani - Jl. MT Haryono - Jl. Letjen Suprapto - Jl. Sutoyo - Jl. Arif Rahman Hakim
    Kembali : Jl. Arif Rahman Hakim - Jl. Kol. Abunjani - Jl. S. Brojonegoro - Jl. Sultan Agung - Jl Sultan Taha - Jl. R. Mataher - Jl. Rang Kayo Hitam - Jl Sers Zuraida - Terminal Rawasari

    Rute Angkot Jambi - Jurusan Tanjungpinang

    Line
    2 B - Warna Angkot Kuning
    ..:: Jurusan Tanjung Pinang ::..
    Berangkat/Kembali: Terminal Rawasari - Jl. HP. Kusuma - Jl. P. Diponegoro - Jl. KH Hasyim Ashari - Jl. Panglima Polim - Jl. Kompol. A. Bastari - Jl. Ring Road - Jl. Rang Kayo Pingai - Jl. May. Abd. Kartawirana - Jl. Rang Kayo Hitam - Jl. Sers. Zuraida - Term. Rawasari

    Rute Angkot Kota Jambi - Jurusan Kasang

    Line
    2 A - Warna Angkot Kuning
    ..:: Jurusan Kasang ::..
    Berangkat/Kembali : Terminal Rawasari - Jl. HP. Kusuma - Jl. P. Diponegoro - Jl. KH Hasyim Ashari - Jl. Panglima Polim - Jl. Kompol. A. Bastari - Jl. Mangkurat - Jl. Prabu Siliwangi - Jl. R. Pamuk - Jl. M. Taher - Jl. Rang Kayo Hitam - Jl. Sers. Zuraida - Term. Rawasari

    Rute Angkot Jambi Jurusan Simpang Rimbo

    Line
    1 B - Warna Angkot KUNING
    ..:: Jurusan Simpang Rimbo ::..
    Berangkat : Terminal Rawasari - Jl. MH. Thamrin - Jl. Sultan Agung (Murni) - Jl. M. Yamin (Simp. Pulai) - Jl. HOS Cokroaminoto (Simp. Kawat) - Tugu Juang - Jl. Kol. Abunjani - Jl. Pattimura - Terminal Baru (Ring Road)
    Kembali : Terminal Baru - Jl. Pattimura - Jl. Kol. Abunjani - Tugu Juang - Jl. HOS Cokroaminoto - Jl. M Yamin - Jl. Sultan Agung - Jl Sultan Taha - Jl. Mataher - Jl. Rang Kayo Hitam - Jl Sers Zuraida - Terminal Rawasari

    Rute Angkot Jambi Jurusan Mayang

    Line
    1 A - Warna Angkot KUNING
    ..:: Jurusan Mayang ::..
    Berangkat : Terminal Rawasari - Jl. MH. Thamrin - Jl. Sultan Agung (Murni) - Jl. M. Yamin (Simp. Pulai) - Jl. HOS Cokroaminoto (Simp. Kawat) - Jl. H. Juanda (Mayang) - Jl. Multatuli - SMU Purnama - SLTP 24 - Jl. Perum. Villa Kenali Permai - Jl. R. Syahbuddin - Komp. Pertamina - Komp. Mayang - SLTP 16 - TP Sriwijaya - STM Batanghari - Jl. Anwar Bay - SMU 11 - Terminal Baru (Ring Road)
    Kembali : Terminal Baru - SMU 11 - Jl. Anwar Bay - STM Batanghari - TP Sriwijaya - SLTP 16 - Komp. Mayang - Komp. Pertamina - Jl. Syahbuddin - Villa Kenali Permai - SLTP 24 - SMU Purnama - Jl. Multatuli - Jl. H. Juanda - Jl. HOS Cokroaminoto - Jl. M Yamin - Jl. Sultan Agung - Jl Sultan Taha - Jl. Mataher - Jl. Rang Kayo Hitam - Jl Sers Zuraida - Terminal Rawasari

    Sejarah Singkat Sultan Thaha

    Pahlawan Nasional,lahir di Jambi pada tahun 1816. Tahun 1841 ia diangkat sebagai Pangeran Ratu (semacam perdana menteri) di bawah pemerintahan Sultan Abdurrahman. Sejak itu, ia memperlihatkan sikap menentang Belanda. 

    Ketika sebuah kapal dagang Amerika berlabuh di pelabuhan Jambi, ia berusaha mengadakan kerja sama dengan pihak Amerika. Sikap anti-Belanda semakin kelihatan setelah ia dinobatkan sebagai Sultan Jambi. Ia tidak mengakui perjanjian yang dibuat oleh sultan-sultan terdahulu dengan Belanda. Salah satu diantaranya perjanjian tahun 1833 yang menyatakan Jambi adalah milik Belanda dan dipinjamkan kepada Sultan Jambi. 

    Belanda mengancam akan memecatnya, akibatnya hubungannya dengan Belanda tegang. Karena sudah memperkirakan Belanda pasti akan menggunakan kekuatan senjata, maka Sultan Thaha pun memperkuat pertahanan Jambi.

    Belanda mengirim Residen Palembang untuk berunding dengan Sultan Thaha. Perundingan itu gagal. Sesudah itu, Belanda menyampaikan ultimatum agar Sultan Thaha menyerahkan diri. Karena Sultan Thaha menolak ultimatum, pada 25 September 1858 Belanda melancarkan serangan. 

    Pertempuran berkobar di Muara Kumpeh. Pasukan Jambi berhasil menenggelamkan sebuah kapal perang Belanda, namun mereka tidak mampu mempertahankan kraton. Sultan Thaha menyingkir ke Muara Tembesi dan membangun pertahanan di tempat ini.

    Perang utama sudah berakhir, tetapi perlawanan rakyat berlangsung puluhan tahun lamanya. Sultan Thaha membeli senjata dari pedagang-pedagang Inggris melalui Kuala Tungkal, Siak dan Indragiri. Rakyat dianjurkan agar tetap mengadakan perlawanan. Pada 1885 mereka menyerang sebuah benteng Belanda dalam kota Jambi, sedangkan pos militer Belanda di Muara Sabak mereka hancurkan. Karena itu, Belanda meningkatkan operasi militernya. 

    Pasukan bantuan dalam jumlah besar didatangkan dari Jawa. Sultan Thaha terpaksa meninggalkan Muara Tembesi dan pindah ke tempat lain. Beberapa tahun lamanya ia bertahan di Sungai Aro. Bulan April 1904 tempat ini diserang pasukan Belanda, ia berhasil meloloskan diri. Pada 24 April 1904 ia meninggal dunia di Muara Tebo.

    PERJUANGAN RADEN MAT TAHIR DALAM MENENTANG KOLONIALISME DI JAMBI

    Salah seorang panglima perang Jambi yang sangat terkenal dan ditakuti Belanda adalah Raden Mat Tahir. Osman Situmorang (1973) dalam Skripsinya Raden Mattahir Pahlawan Jambi, menuliskan nama asli Raden Mat Tahir ialah Raden Mohammad Tahir. Raden Mohammad Tahir sering dipanggil masyarakat sebagai Raden Mat Tahir. Masyarakat Jambi biasa menambah nama orang terkenal, pintar, cerdik dengan gelarannya yang baru, misalnya Mat Keriting, Mat Belut, Mat Itam, dll. Penulisan nama Raden Mat Tahir menurut berbagai sumber dijumpai banyak macam antara lain adalah sebagai berikut :
    • G.J. Velds, dalam De Onderwerping van Djambi in 1901-1907, menuliskan Raden Mat Tahir sebagai Raden Mat Tahir dan atau Mat Tahir.
    • Raden Syariefs (1969) di dalam bukunya Riwajat Ringkas Tentang Perdjuangan Pahlawan Djambi Raden Mattaher Panglima Sultan Thaha, menuliskan Raden Mat Tahir sebagai Raden Mat Tahir.
    • Keputusan Dewan Perwakilan Rakjat Daerah Gotong Rojong Tingkat II Kotapradja Djambi, Nomor 4/DPRD-GR/63, tentang Penetapan Nama-Nama Djalan Dalam Kotapradja Djambi, tanggal 1 Djuli 1963, memutuskan bahwa terhitung sejak tanggal keputusan ini “Djalan Batanghari, dari Sp. III Djl. Kartini s/d sebelah ilir Djembatan Sei. Asam, sebagai jalan lama dengan nama Djalan Batanghari diganti dengan nama baru yakni jalan R.M.Tahir”.
    • Osman Situmorang (1973) dalam Skripsinya Raden Mattahir Pahlawan Jambi, Fakultas Keguruan Ilmu Sosial, IKIP Jambi, menuliskan nama Raden Mat Tahir sebagai Raden Mattahir.
    • Ratumas Siti Aminah Ningrat dalam bukunya Perjuangan Rakyat Jambi Raden Mat Tahier (1817-1907) menuliskan namanya sebagai Raden Mat Tahier.
    • J. Tideman di dalam Koninklijke Vereeniging Koloniaal Instituut Amsterdam, No. XLII, menuliskan nama Raden Mat Tahir sebagai Mattaher.
    • Elsbeth Locher-Scholten (1994) di dalam Sumatran Sultanate and Colonial State : Jambi and the Rise of Dutch Imperilasm1830-1907, menuliskan nama Raden Mattaher sebagai Mat Tahir.
    • Mukti Nasruuddin (1989) dalam bukunya Jambi Dalam Sejarah menuliskan nama Raden Mat Tahir sebagai Raden Mattahir.

    Rumah Sakit Umum Raden Mattaher, menuliskan Raden Mat Tahir sebagai Raden Mattaher.

    Raden Mattaher biasa dipanggil Mat Tahir, adalah anak dari Pangeran Kusin Bin Pangeran Adi, sedangkan Pangeran Adi adalah saudara kandung Sultan Thaha Syaifuddin. Dengan demikian, maka Sultan Thaha Syaifuddin adalah kakek bagi Raden Mat Tahir. Raden Mat Tahir dilahirkan di dusun Sekamis, Kasau Melintang Pauh, Air Hitam, Batin VI, tahun 1871. Ibunya adalah kelahiran di Mentawak Air Hitam Pauh, dahulunya adalah daerah tempat berkuasanya Temenggung Merah Mato. Ayahnya Pangeran Kusin wafat di Mekkah. Raden Mat Tahir gugur dalam pertempuran melawan Belanda di dusun Muaro Jambi, pada hari Jum’at, waktu subuh, tanggal 10 September 1907. Raden Mat Tahir dimakamkan di komplek pemakaman raja-raja Jambi di tepi Danau Sipin Jambi.

    KELUARGA

    Menurut Raden Syariefs (1969) di dalam bukunya Riwajat Ringkas Tentang Perdjuangan Pahlawan Djambi Raden Mat Tahir Panglima Sultan Thaha, mengatakan bahwa Raden Mat Tahir mempunyai beberapa orang istri antara lain adalah sebagai berikut :
    1. Kawin dengan perempuan bernama Siti Esah (Aisah).
    2. Kawin dengan perempuan keturunan Ratumas Bilis Kumpeh yang berdiam di Merangin.
    3. Kawin dengan seorang perempuan dalam Sungai Sipintun.
    Masih menurut Raden Syariefs, disebutkan pula bahwa Raden Mat Tahir mempunyai beberapa orang anak, antara lain sebagai berikut :
    1. Raden Buruk, tinggal di Rambutan Temasam.
    2. Raden Mataji atau Raden Hamzah tinggal di Jambi.
    3. Raden Sulen atau Raden Kusen tinggal di Bogor.
    4. Raden Zainal Abidin adalah suami Ratumas Kandi.
    5. Ratumas Lijah.
    Menurut Osman Situmorang (1973) setelah Raden Mat Tahir meninggal dunia, dua orang putra Raden Mat Tahir dapat ditangkap Belanda sedang dalam asuhan (masih kecil) yakni Raden Hamzah dan Raden Sulen. Keduanya diserahkan Belanda kepada A. M.Hens, seorang Controleur Muara Tembesi. Tetapi karena controleur itu sedang cuti ke luar negeri, maka kedua anak itu diserahkan Belanda kepada Demang Ibrahim, yakni Demang Muara Tembesi untuk menjaga keselamatannya. Lalu kemudian Demang Ibrahim menyerahkan kedua anak Raden Mat Tahir kepada Residen O,L. Helffrich di Jambi. Oleh Residen O.L.Helffrich kedua anak itu bertempat tinggal di rumah residen, lalu oleh risiden disekolahkan di Olak Kemang dengan biaya ditanggung Belanda. Lalu kedua anak itu oleh Residen O.L.Helffrich dikirim ke Palembang untuk sekolah lebih tinggi. Kemudian pada tahun 1914 kedua anak Raden Mat Tahir itu di kirim oleh Pemerintah Belanda ke Batavia. Sedangkan tiga orang anak Raden Mat Tahir yang belum tertangkap Belanda, diungsikan oleh keluarganya di Malaya (Malaysia).

    Raden Mat Tahir mempunyai saudara yang lebih dahulu mengungsi ke Batu Pahat Malaysia, antara lain sebagai berikut :
    1. Raden Hasan.
    2. Raden Kasyim.
    3. Raden Thaib.
    4. Ratumas Jaliah.
    5. Ratumas Fatimah.

    KEPRIBADIAN

    Raden Mat Tahir suka pencak silat, bermain biola, kecapi, dan suling. Pada waktu pasukannya bergerilya di dalam hutan, untuk pengisi penat, Raden Mata Tahir suka mengajak prajuritnya bernyanyi, ia sendiri senang mengesek biola, sambil menyanyi dengan “lagu Nasip”. Raden Mat Tahir juga suka memakan daging menjangan sebagai lauk di saat bergerilya dalam hutan.

    Pada masa Sultan Thaha Syaifuddin masih berkedudukan dan memerintah di Istana di Kampung Gedang Tanah Pilih, Raden Ma Tahir adalah seorang pemuda beranjak dewasa, ia belum memikul suatu jabatan apapun di dalam kerajaan Jambi. Tapi ia telah memperlihatkan sebagai seorang kesatria, berani, cerdas, dan pandai mengatur strategi.

    Pasukan Raden Mat Tahir adalah pasukan bergerak dan menyerang secara tiba-tiba (mobil). Oleh karena itu pasukan Raden Mat Tahir tidak menempati suatu tempat tetap. Raden Mattaher menamakan pasukannya sebagai Sabillillah. Sebelum pergi melakukan penyerangan atas pasukan Belanda, maka Raden Mat Tahir terlebih dahulu melakukan sholat (sembahyang) agar mendapat petunjuk dan ridho Allah.

    BIVAK BELANDA

    G.J.Velds dalam tulisannya “De Onderwerving van Djambi in 1901-1907, Batavia Departement van Oorlog” terjemahan oleh S.Hertini Adiwoso dan Budi Prihatnamenyebutkan ada beberapa Bivak/pos/kompi Belanda di Batang Tembesi, Batang Batanghari dan perbatasan Jambi Palembang ; bivak Belanda di Muara Tembesi, bivak Belanda di Muara Sekamis, bivak Belanda di Banyu Lincir (Bayung Lincir), bivak Belanda di Muara Tabir, bivak / benteng Belanda di Muara Tebo, bivak Belanda di Penahat Muara Merangin, bivak Belanda di Surulangun-Jambi, bivak Belanda di Surulangun-Rawas, bivak Belanda di Dusun Tiga, bivak Belanda di Lidung, bivak Belanda di Tanjung Gagak, bivak Belanda di Sungai Bengkal, bivak Belanda di Merlung, bivak Belanda di Taman Rajo.

    PERJUANGAN

    Raden Mat Tahir sejak usia remaja telah bergabung dengan panglima perang sebelumnya untuk menggempur Belanda. Perlu penelitian lebih seksama untuk menentukan route griliya pasukan Raden Mat Tahir.

    Di awal tahun 1900 Raden Mat Tahir bersama Pangeran Maaji gelar Pangeran Karto di Tanjung Penyaringan melakukan penyerangan terhadap konfoi 8 jukung Belanda yang ditarik oleh kapal Musi. Kapal Musi dan jukung Belanda membawa senjata, perlengkapan perang, dan perbekalan, untuk dibawa dari Muara tembesi menuju Sarolangun. Persenjataan ini diperuntukkan Belanda untuk membantu militer Belanda yang sedang bertempur di benteng Tanjung Gagak. 

    Pasukan Raden Mat Tahir dan Pangeran Karto serta Panglima Tudak Alam dari Mentawak menyerang iringan jukung dan kapal Musdi Belanda. Semua serdadu Belanda mati terbunuh dan semua senjata berhasil dirampas. Pengawai paksa dari Palembang dan Jawa menyerah diri dan meminta perlindungan pada pasukan Raden Mat Tahir. Setelah penyerangan terhadap Kapal Musi dan 8 jukung ini di Tanjung Penyaringan menyebabkan nama Raden Mat Tahir sangat terkenal di masyarakat dan tentara Belanda. 

    Setelah itu berkembanglah berbagai cerita dan mitos kehebatan Raden Mat Tahir. Senjata rampasan itu sebagaian dikirimkan oleh Raden Mat Tahir ke Tanah garo, ke Merangin, Bangko Pintas, dan juga ke Tabir. Kabar keberhasilan Raden Mat Tahir ini sampai juga di telinga residen Belanda di Palembang, ia sangat murka dan marah.

    Masih Dalam tahun 1901, pasukan Raden Mat Tahir melakukan penyerangan lagi terhadap pasukan Belanda di Sungai Bengkal. Disini Raden Mattaher banyak merampas senjata Belanda dan karaben. Dari Sungai Bengkal pasukan Raden Mat Tahir dibantu pasukan Raden Usman dan Puspo Ali terus begerak menyerang Belanda di Merlung. Dari Merlung pasukan Raden Mat Tahir terus bergerak ke Labuhan Dagang, Tungkal Ulu. Dari Tungkal Ulu pasukan Raden Mat Tahir bersama 40 orang pasukannya lewat Pematang Lumut bergerak menuju Sengeti, lalu menuju Pijoan. Di Pijoan bivak Belanda diserang, pasukan Raden Mat Tahir memperoleh banyak senjata kerabin. Oleh Raden Pamuk gelar Panglima Panjang Ambur senjata itu diangkut ke Jelatang. Lalu kegaduhan timbul dikalangan pasukan Belanda di Kota Jambi dan Muara Bulian.

    Lalu Pasukan Raden Mat Tahir, Raden Pamuk dan Raden Perang gelar Panglima Tangguk Mato Alus pada pertengahan April 1901 bergerak/menyerang Pos Pasukan Belanda di Banyu Lincir (Bayung Lincir). Penyerangan terhadap Banyu Lincir merupakan gabungan pasukan Raden Mat Tahir, Raden Pamuk, dan pasukan Suku Anak Dalam dari Bahar, pimpinan Raden Perang. Kepala Bea Cukai dan pengawalnya mati terbunuh. Banyak senjata pendek Belanda dapat dirampas. Pada penyerangan itu uang sebesar 5.000 golden dan uang 30.000 ringgit cap tongkat di dalam brangkas milik perusahaan minyak berhasil dirampas pasukan Raden Mat Tahir. Pati kas baja berisi uang tersebut dibawa oleh Suku Anak dalam ke Bahar dan lalu dibongkar. Dalam penyerangan itu seorang pasukan Raden Mat Tahir tewas dan 3 orang luka-luka. Peranan Suku Anak Dalam pada penyerangan Banyu Lincir sangat besar jasanya.

    Tahun 1902 Pasukan Raden Mat Tahir di Tanjung Gedang Sungai Alai melakukan penyerangan terhadap 30 buah perahu jukung berisi serdadu Belanda. Perahu jukung berhasil di tenggelamkan dan semua serdadu Belanda mati terbunuh. Setibanya pasukan Raden Mat Tahir di Sungai Alai, secara kebetulan perang sedang berlangsung dipimpin Panglima Maujud, Panglima Suto, Panglima Itam dari Tanah Sepenggal, Rio Air Gemuruh, Rio Gereman Tembago, dari Teluk Panjang, yang telah bertempur lebih dahulu melawan Belanda. Masyarakat di sekitarnya tidak berani mengambil air minum di sungai Batang Tebo karena banyaknya mayat pasukan Belanda yang terapung dan membusuk.

    Setelah pertempuran di Sungai Alai, lalu pasukan Raden Mat Tahir terus bergerak menuju Jambi, khususnya akan menyerang Belanda di Muara Kumpeh. Parang Kumpeh adalah perang yang berkepanjangan dari tahun 1890-1906. Perang Kumpeh adalah perang yang panjang dan lama. Raden Mat Tahir terlibat secara langsung dalam perang Kumpeh tahun 1902 yakni menyerang Kapal Belanda di Sungai Kumpeh. Pasukan Raden Mat Tahir dibantu Raden Seman, Raden Pamuk, Raden Perang, kepala kampung yang masih hidup, dari Marosebo Ilir, dan dari Jambi Kecil. Kapal Belanda yang diserang itu adalah kapal perang yang baru datang dari Palembang. Konon kabarnya keberhasilan ini berkat bantuan jasa seorang jurus mesin kapal bernama Wancik yang merusak mesin kapal sehingga tidak mampu berjalan. Juru mesin ini adalah seorang keturunan Palembang yang bersimpati dengan perjuangan Jambi. Keberhasilan Raden Mat Tahir menyerang kapal perang Belanda ini, maka Raden Mat Tahir diberi gelaran sebagai Singo Kumpeh.

    MENANGKAP HIDUP ATAU MATI

    Menjelang akhir abad 19 Belanda menambah kekuatannya. Pasukan dari Palembang, Jawa dan Aceh mulai berdatangan ke Jambi, maka Sultan Thaha Syaifuddin menyusun strategi baru sebagai berukut :

    • Raden Mat Tahir ditetapkan sebagai panglima perang mencakup wilayah pertahanan Jambi Kecil, Muaro Jambi, Air Hitam Darat, Ulu Pijoan, Pematang Lumut, Bulian Dalam, Ulu Pauh, Payo Siamang, Jelatang dan Pijoan Dalam.
    • Bagian Batang Tembesi sampai Kerinci berada di bawah komando Pangeran Haji Umar Bin Yasir, gelar Pangeran Puspojoyo.
    • Bagian Batanghari dan Tebo langsung di bawah pimpinan Sultan Thaha Syaifuddin dan saudaranya Hamzah gelar Diponegara, yang terkenal sebagai pangeran Dipo.
    • Diawal abad 20 perjuangan rakyat Jambi melawan Belanda mengalami banyak tantangan, satu persatu pejuang Jambi gugur dan atau tertangkap lalu dibuang (internir) oleh Belanda.
    • Sultan Thaha Syaifuddin gugur di Betung Bedara pada tanggal 26 malam 27 April 1904.
    • Pangeran Ratu Kartaningrat tertangkap dan dibuang ke Parigi,Sulawesi Utara.
    • Tahun 1906 Depati Parbo di Kerinci tertangkap dan dibuang ke Ternate-Ambon.
    • Pangeran Haji Umar Puspowijoyo dan adiknya Pangeran Seman Jayanegara tewas di Pemunyian, Bungo, tahun 1906.
    • Tahun 1906 di Pemunyian tertangkap seorang pejuang perempuan bernamaRatumas Sina.
    • Raden Hamzah gugur tahun 1906 di Lubuk Mengkuang, dekat Pemunyian.
    • Tahun 1906 di kota Jambi yakni daerah Tehok, Raden Pamuk ditangkap Belanda.
    Dalam suatu waktu Raden Mat Tahir pernah berkata dihadapan anggota pasukannya bahwa “Bapak aku Raden Kusin meninggal di Mekkah saat menunaikan rukun Islam yang lima. Tentulah itu adalah yang sebaik-baik mati, mati dalam menunaikan rukun Islam yang lima. Akan tetapi kalau aku mati syahid melawan Belanda untuk mempertahankan negeri dan menegakkan Agama Islam tentu bandingan harganya terlebih tinggi, sebab bukan untuk kepentingan diri sendiri, akan tetapi untuk kepentingan negeri dan menegakkan Agama Allah yang diridhoi oleh Tuhan kita, semoga aku mati syahid hendaknya, jangan mati sakit atau tertawan oleh Belanda kafir laknatullah itu”.

    Di dalam buku Nederlandsch Militair Tijdschrift, Belanda mengakui kehebatan sepak terjang Raden Mat Tahir seperti yang dikutif oleh Mukti Nasruuddin (1989) dalam bukunya Jambi Dalam Sejarah menjelaskan bahwa “Mattahir onze onverzoenlijkste vijand en de meest gevreesde en actieve der Gouvernments tegenstanders”. Yang artinya diakui bahwa Pangeran Raden Mat Tahir adalah seorang yang keras kepala, tidak mudah ditaklukan dan seorang lawan yang gesit dan ditakuti.

    Belanda melalui Residen di Palembang mengambil jalan memerintahkan pasukan marsose untuk menangkap Raden Mat Tahir hidup atau mati. Maka pengejaran terhadap Raden Mat Tahir mulai ditingkatkan. Meningkatnya aktifitas pasukan marsose Belanda dibantu dengan Kapten Melayu dalam mengejar Raden Mat Tahir, dirasakan pula oleh para pengikut Raden Mat Tahir di Muaro Jambi.

    TEWAS DITEMBAK BELANDA

    Pada penghujung 1907 ada upaya untuk mengungsikan Raden Mat Tahir ke Batu Pahat, Malaysia. Uang 500 ringgit sebagai bekal telah terkumpul, perahu layar dan pasukan pengantar sudah disiapkan. Raden Syariefs (1969) di dalam bukunya Riwajat Ringkas Tentang Perdjuangan Pahlawan Djambi Raden Mat Tahir Panglima Sultan Thaha, menuliskan kisah meninggalnya Raden Mat Tahir adalah sebagai berikut :

    Pada awal September 1907 Raden Mat Tahir bersama pengikutnya berada di dusun Muaro Jambi.

    Para pemuka dusun Muaro Jambi dan sekitarnya termasuk para pengikutnya dan keluarganya, melakukan/bermusyawarah dan meminta agar Raden Mat Tahir mengungsi ke Batu Pahat Malaya (Malaysia). Masyarakat telah menyiapkan perahu pengantar, uang 500 ringgit, beberapa pengawal. Di Batu Pahat telah mengungsi beberapa keluarga keturunan Sultan Thaha Syaifuddin dan saudara Raden Mat Tahir.

    Jawaban Raden Mat Tahir dalam musyawarah tersebut antara lain disebutkan sebagai berikut :

    “Kesediaan kamu itu terima kasih banyak, akan tetapi kalau aku pergi ke Malaya (Malaysia), tentu aku akan selamat, tetapi bagaimana kamu yang tinggal akan menjadi korban, kampung ini akan dibakar oleh Belanda dan kamu akan didenda pula dan akan dihukum badan oleh Belanda. Pengorbanan dan penderitaan yang dirasai oleh rakyat terlalu banyak sebab dek aku. Dimana aku berada tentu rakyat memberi makan dan memberi bantuan yang diperlukan, akan tetapi mereka yang berbuat baik mendapat kesengsaraan oleh Belanda, aku tidak sampai hati lagi, apalagi aku berada disini, sudah tentu mata-mata Kemas Kadir telah mengetahui hal ini. 

    Mungkin di dalam tempo yang dekat ia telah telah datang kemari membawak Belanda untuk menangkap aku atau membunuh aku, aku tidak mau ditangkap, tetapi mati kena tembak oleh Belanda, jadi aku mati syahid namanya. Keduanya aku tidak mau disebut orang pelarian, untuk menyelamatkan diri sendiri, sedangkan kamu disini menderita karena Belanda. Lihat itu kampung Tachtul Yaman yang telah membantu aku, mereka sekampung didenda 15000 ringgit, sedangkan Kemas Temenggung Dja’far yang membantu alat senjata yang dibawak dari Malaya telah ditangkap dan ditahan, sekarang di Palembang, bagaimana jadinya beliau itu ?. Dan aku tidak mau disebut orang takut mati, itikad aku sudah tetap menunggu Belanda, tidak mau bersembunyi lagi”.

    Pada hari Kemis besoknya, hari hujan pagi, disana sini kedengaran guruh bersahut-sahutan, orang dahulu mempunyai tachyul, itu tanda akan ada kesedihan yang akan menimpa. Pada malamnya dengan cara diam-diam banyak orang kampung yang datang menemui Raden Mat Tahir di rumah dimana beliau tinggal dengan mengantar makan-makanan.

    Raden Mat Tahir berkata “kamu sekalian, ninik mamak, serta kawan-kawanku semuanya lekaslah kamu pulang ke rumah masing-masing, besok mungkin malam ini kita akan bercerai, adakah kamu mendengar bunyi gegap Keramat Talang Jawo (Jauh) sore tadi, telah aku dengar tiga kali dan ramo-ramo dari sana telah datang kemari hinggap di bahu aku, tanda aku akan meninggalkan dunia yang fana ini. Mendengar iu banyak orang yang terisak-isak menangis”.

    Sesudah berbicara itu, sebelum tengah malam Raden Mat Tahir bersalin pakaian dari yang biasa kepada pakaian yang bagus, pinggangnya dibebatnya. Senapang mauscher yang terbaru yang diberikan oleh Kemas Temenggung Dja’far Tachtul Yaman pada tahun yang telah lalu diisinya, dan senapang itu digantungkannya, maka adiknya Raden Achmad duduklah di dekat senapang tersebut. Dan di pintu belakang di tunggu oleh penjaga orang dari Mentawak disebut Pak Gabuk. Di atas (di dalam) rumah hanya dia berdua beradik saja. Kira-kira jam 09.00 malam, Raden Mat Tahir membunyikan kecapi, dan setelah tengah malam, ia sembahyang di tengah sunyi senyap itu.

    Lebih kurang pukul 03.00 malam Pak Gabuk menerima laporan dari temannya yang berjaga tidak jauh dari rumahnya, bahwa pasukan Belanda telah datang dari tiga penjuru, berarti tempat dimana Raden Mat Tahir telah terkepung rapat. Dan kawan-kawan pengikut Raden Mat Tahir yang tadinya disuruh pergi supaya hidup, akan tetapi kembali lagi ke tempat maut itu. Raden Mattaher menjawab baiklah, dan seraya katanya kalau kamu mau hidup menyingkirlah, dengan segera, dan kalau tidak maka kamu haruslah tetapkan imanmu, betul-betul mati karena Allah, kita datang dari padanya dan pulang pula kepadanya. 

    Sakit kena pelor itu hanya sebentar saja, yang kita harapkan janji dari pada Allah syurga yang tidak ada tolak bandingnya. Ingatlah apa yang telah dipetuahkan oleh pemimpin kita Sultan Thaha, Belanda itu kafir musuh Islam, karena ia ingkar kepada Tuhan, mengapa kita takut kepadanya, ini hari mati lain hari mati juga. Jangan kita mati di atas kasur empuk, tidak akan meninggalkan nama yang baik dan agung, marilah kita mati bermandikan darah karena membela negeri kita melawan kafir laknatullah, inilah yang kita harapkan.

    Kira-kira seperempat jam kemudian datanglah di rumah Raden Mat Tahir pasukan Marschouse Belanda dan terjadi dialog sambil memberikan ancaman “Belanda datang kemari ingin berunding, menyerahlah kau baik-baik, aku tanggung tidak kau diapa-apakan oleh Belanda, kalau kau menyerah dengan baik dan apa kehendak kau akan dikabulkan oleh Belanda, lihatlah segala orang yang melawan telah dibuang oleh Belanda ke Betawi. Dialog tidak berrlangsung lama dan tidak menghasilkan apa-apa, sehingga terjadilah tembak menembak di dalam rumah. Dalam pertempuran inilah Raden Mat Tahir tewas dan meninggal dunia. Meninggalnya Raden Mat Tahir di Muaro Jambi ditemui dalam beberapa sumber yang berbeda, antara lain adalah seabgai berikut :
    • G.J. Velds, dalam De Onderwerping van Djambi in 1901-1907, terjemahanS.Hertini Adiwoso dan Budi Prihatna, Raden Mat Tahir tewas 30 September 2007 bersama saudaranya dan lima pengikutnya di Muaro Jambi oleh patroli marsose pimpinan Letnan Geldorp.
    • Raden Syariefs (1969), Riwajat Ringkas Tentang Perdjuangan Pahlawan Djambi, Raden Mat Tahir tewas malam Jum’at bulan September 1907 di Muaro Jambi.
    • Osman Situmorang (1973) dalam Skripsinya Raden Mattahir Pahlawan Jambi, Fakultas Keguruan Ilmu Sosial, IKIP Jambi, Raden Mat Tahir tewas bulan September 1907 di Muaro Jambi.
    • Ratumas Siti Aminah Ningrat dalam bukunya Perjuangan Rakyat Jambi Raden Mat Tahier (1817-1907), Raden Mat Tahir tewas 7 September 1907di Muaro Jambi.
    • J. Tideman di dalam Koninklijke Vereeniging Koloniaal Instituut Amsterdam, No. XLII, Raden Mat Tahir tewas bulan September 1907 di Muaro Jambi.
    • Mukti Nasruuddin (1989) dalam Jambi Dalam Sejarah, Raden Mat Tahir tewas 7 September 1907 di Muaro Jambi.
    • Fachrul Rozi, di dalam Mengunjungi Makam Pejuang Jambi Raden Mattahir, Pos Metro, Sabtu, 26 Desember 2009, Raden Mat Tahir tewas 10 September 1907.
    Dalam tembak menembak di Muaro Jambi itu dipihak pasukan Jambi pimpinan Raden Mat Tahir telah tewas 6 orang, tiga diantaranya adalah sebagai berikut :

    1) Raden Mattaher, gugur ditembak Belanda

    2) Raden Achmad (gelar Raden Pamuk Kecik), adik Raden Mattaher, gugur ditembak Belanda.

    3) Pengawal bernama Pak Gabuk, gugur ditembak Belanda.

    Setelah Raden Mat Tahir gugur di Muaro Jambi, maka pasukan Belanda mengangkut mayat Raden Mat Tahir serta mayat lainnya ke kota Jambi dengan kapal Robert, dan diikuti oleh 2 kapal Belanda lainnya. Kapal Robert ini dikenal oleh masyarakat Muaro Jambi sebagai kapal Ubar. Di Kota Jambi mayat Raden Mat Tahir dipertontonkan pada khalayak ramai. Atas permintaan para pemuka agama, maka Raden Mat Tahir dimakamkan secara Islam di pemakaman Raja-Raja Jambi di pinggiran Danau Sipin.

    Perkebunan Duku di Kumpeh




    Duku (Lansium domesticum) merupakan buah penting di Indonesia dan memiliki pasar yang luas mulai dari pasar tradisional hingga supermarket modern. Buah duku banyak digemari karena rasa yang manis dan aroma tidak menyengat serta baik untuk dikonsumsi. Kandungan gizi dalam setiap 100 gram buah duku masak yaitu energi (63 kkal), protein (1 g), lemak (0,2 g), karbohidrat (16,1 g), kalsium (18 mg), fosfor (9 mg), vitamin C (9 mg), besi (0,9 mg), vitamin B1 (0,05 mg), air (82 g) dan 64% bagian yang dapat dimakan. Potensi sumberdaya alam Provinsi Jambi, khususnya agroklimat sangat mendukung untuk pengembangan duku.

    Duku di daerah Jambi juga menjadi buah unggulan dan plasma nutfah yang mempunyai nilai komersial tinggi, banyak ditanam dan menjadi sumber pendapatan petani. Daerah sentra duku di Provinsi Jambi yaitu Kabupaten Muaro Jambi, Batanghari, Sarolangun, Merangin, Tebo dan Muaro Bungo. Duku Kumpeh yang terdapat di Kabupaten Muaro Jambi dan duku Muaro Panco dari Kabupaten Merangin merupakan varietas unggul nasional yang dilepas pada tahun 2000 dan 2009. Duku Kumpeh memiliki rasa manis, legit, daging buah bening, tekstur daging kenyal, tidak berserat, dan hampir tidak berbiji, sedangkan duku Muaro Pancojuga buahnya bening, berbiji kecil dan rasa manis. Rasa manis duku Kumpeh dapat bersaing dengan duku Palembang, Matesih dan Condet yang lebih dulu dikenal dan komersil.

    Luas pertanaman duku di Provinsi Jambi pada tahun 2008 mencapai 7.660,36 ha dengan luas panen 1.661,50 ha dan rata-rata hasil 12,40 ton/ha. Hasil ini lebih rendah dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 14,66 ton/ha dengan luas panen yang lebih sempit yaitu sebesar 1.474 ha (Dispertan Prov. Jambi 2009).

    Usaha pengembangan dan pelestarian tanaman duku perlu didukung dengan ketersediaan bibit bermutu dalam jumlah cukup, waktu singkat dan harga terjangkau. Bibit bermutu adalah tanaman muda yang sehat, seragam dan memiliki sifat-sifat istimewa seperti cepat berbuah, produksi tinggi dan kualitas buah baik. Bibit duku bermutu diperoleh dengan metode sambung pucuk, karena memiliki beberapa keuntungan, antara lain, tingkat keberhasilan lebih tinggi dibandingkan perbanyakan vegetatif lainnya, bibit yang dihasilkan memiliki sifat sama seperti tanaman induk, dapat berproduksi lebih cepat dan tanaman cenderung tumbuh lebih rendah daripada bibit yang berasal dari biji. 

    Duku yang ada di Provinsi Jambi saat ini umumnya berasal dari biji, sehingga membutuhkan waktu yang lama untuk berproduksi (15-20 tahun), sedangkan dengan teknologi sambung pucuk dan dosis pupuk yang tepat dapat mempercepat umur produksi menjadi 6-7 tahun. Dengan teknologi tersebut diharapkan populasi tanaman duku dapat terjaga kelestariannya. Populasi tanaman saat ini mulai berkurang akibat pengelolaan kebun duku sehat yang hampir tidak pernah dilakukan, sehingga tingkat serangan penyakit kanker batang duku semakin meningkat di Provinsi Jambi.

    Pengelolaan penyakit pada tanaman duku antara lain dapat dilakukan dengan menggunakan bibit bermutu dan pemupukan. Pemupukan secara langsung dapat menghambat perkembangan patogen, memodifikasi lingkungan sehingga tidak mendukung perkembangan patogen dan meningkatkan ketahanan tanaman terhadap patogen. Pemupukan merupakan faktor yang sangat penting dalam menentukan hasil, kualitas dan kandungan nutrisi tanaman duku. Dosis pupuk yang tepat pada pohon duku merupakan faktor yang sangat penting. Kelebihan dan kekurangan hara dapat menyebabkan masalah serius pada tanaman duku. Metode terbaik untuk menentukan dosis pupuk pada pohon duku adalah dengan analisis daun, yang efektif mengukur kebutuhan hara dan menentukan status hara tanaman.

    Tanaman duku Kumpeh yang berproduksi sekarang sebagian besar telah berumur lebih dari 50 tahun bahkan ada yang berumur lebih dari 100 tahun, merupakan tanaman warisan dari orangtua atau nenek mereka. Peremajaan dan perbanyakan tanaman dilakukan secara generatif (asal biji) atau bibit yang tumbuh secara liar di sekitar tanaman duku. Kelemahan dari perbanyakan dengan biji antara lain memerlukan waktu yang relatif lama untuk mendapatkan hasil buah (berproduksi) yaitu 15 s/d 25 tahun dan keturunan yang dihasilkan tidak selalu sama dengan induknya, sehingga untuk mempertahankan sifat suatu varietas unggul tidak tercapai. Kondisi yang demikian tidak saja menyebabkan terjadinya penurunan jumlah produksi, tetapi lebih jauh dapat mengancam populasi tanaman duku itu sendiri dan bila hal ini berlangsung terus dan tanpa adanya perluasan areal atau peremajaan serta pembudidayaannya maka populasi tanaman duku akan terancam langka, bahkan terancam punah.

    Kendala yang dihadapi petani dalam pengembangan areal dan pembudidayaan tanaman duku adalah memperbanyak tanaman duku secara vegetatif dan lamanya menunggu usia produksi. Alternatif untuk menunjang pengembangan budidaya dan kelestarian tanaman duku di Provinsi Jambi adalah penyediaan bibit tanaman duku bermutu dengan cepat dan dalam jumlah banyak yaitu dengan teknik sambung pucuk.

    Nikmatnya Teh Kayu Aro di Kaki Gunung Kerinci




    Belum banyak diketahui bahwa salah satu teh hitam terbaik dunia berasal dari dataran tinggi di Provinsi Jambi

    Teh, siapa yang tak kenal? Ini merupakan salah satu jenis minuman paling digemari hampir sebagian besar penduduk dunia. Tradisi minum teh dapat ditemukan hampir di berbagai belahan negara mana pun. Di Jepang ada tradisi minum teh sebagai bentuk penghormatan dari tuan rumah kepada tamunya.

    Di Eropa, ada istilah tea time yaitu waktu khusus untuk menikmati teh. Di Cina, teh pastinya juga sudah mengakar kuat sejak berabad lamanya. Sementara di Indonesia, minum teh bukan lagi sekadar tradisi tetapi telah menjadi kebiasaan sehari-hari.

    Dalam hal produksi teh, Indonesia Barangkali belum banyak diketahui bahwa rupanya salah satu teh hitam terbaik dunia berasal dari Nusantara, tepatnya dari dataran tinggi di Provinsi Jambi, yaitu dari kawasan Gunung Kerinci. Di sanalah membentang Perkebunan Teh Kayu Aro yang kenikmatan dari tegukannya sebanding dengan lansekap alam yang tersaji. Perkebunan teh tersebut lokasinya berada di Sungai Penuh, Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi.

    Perkebunan Teh Kayu Aro memiliki beberapa keistimewaan. Pertama, merupakan perkebunan teh tertua di Tanah Air, karena sudah ada semenjak masa penjajahan kolonial Hindia Belanda tahun 1925. Kedua, perkebunan ini merupakan yang terluas dan tertinggi kedua di dunia setelah Perkebunan Teh Darjeeling yang ada di India. Perkebunan Teh Kayu Aro memiliki luas sekira 2,500 hektar dan berada di ketinggian 1.600 m dpl. Ketiga, teh yang ditanam di Perkebunan Teh Kayu Aro adalah teh ortodox atau yang lebih dikenal dengan nama teh hitam yang merupakan teh berkualitas tinggi.

    Proses pengelolaan daun teh di Perkebunan Teh Kayu Aro hingga kini masih menggunakan cara konvensional. Serbuk-serbuk teh tidak menggunakan bahan pengawet atau bahan pewarna tambahan. Bahkan, untuk menjaga kualitas teh hitam terbaik, pekerja dilarang untuk menggunakan kosmetik ketika mengolah teh. Cita rasa dan aroma teh ortodox yang dihasilkan di perkebunan ini berkualitas di dunia, jadi tidak heran jika teh kayu aro menjadi teh kegemaran Ratu Inggris dan Ratu Belanda pada masanya.

    Perkebunan Teh Kayu Aro didirikan oleh Perusahaan Belanda bernama Namlodee Venotchaat Handle Verininging Amsterdam sejak 1925. Tahun 1959, melalui PP No. 19 Tahun 1959 perkebunan ini diambil alih Pemerintah Republik Indonesia pengawasan dan pengelolaannya dilakukan oleh PT. Perkebunan Nusantara VI (PTPN VI). PTPN VI hingga kini yang melakukan perawatan, pemeliharaan tanaman, pemetikan pucuk teh, pengolahan di pabrik, sampai pengemasan dan pengeksporan ke berbagai negara.

    Setiap tahunnya, Perkebunan Teh Kayu Aro bisa menghasilkan 5.500 ton teh hitam. Teh artodox grade satu (teh unggulan) ini diekspor ke Eropa, Rusia, Timur Tengah, Amerika Serikat, Asia Tengah, Pakistan, dan Asia Tenggara.

    Nah, selain dapat menikmati hamparan kebun teh yang amat luas, kita dapat pula mengunjungi pabriknya. Tentu dengan ijin dari pihak terkait.

    “Uhang Pandak” : Legenda orang Kerdil dari gunung kerinci




    Orang Pendek adalah misteri sejarah alam terbesar di Asia; ahli binatang telah mendaftarkan laporan kera misterius di wilayah Taman Nasional Kerinci Seblat, Propinsi Jambi, lebih dari 150 tahun. Sampai hari ini, binatang yang di Kerinci dikenal sebagai “uhang pandak”, tetapi juga karena variasi yang membingungkan dari nama dialek setempat, sampai sekarang masih belum teridentifikasi oleh ilmuwan.

    Orang pendek ialah nama yang diberikan kepada seekor binatang (manusia?) yang sudah dilihat banyak orang selama ratusan tahun yang kerap muncul di sekitar Taman Nasional Kerinci Seblat, Jambi. Walaupun tak sedikit orang yang pernah melihatnya, keberadaan orang pendek hingga sekarang masih merupakan teka-teki. Tidak ada seorangpun yang tahu, sebenarnya makhluk jenis apakah yang sering disebut sebagai orang pendek itu. 

    Tidak pernah ada laporan yang mengabarkan bahwa seseorang pernah menangkap atau bahkan menemukan jasad makhluk ini, namun hal itu berbanding terbalik dengan banyaknya laporan dari beberapa orang yang mengatakan pernah melihat makhluk tersebut. Sekedar informasi, Orang pendek ini masuk kedalam salah satu studi Cryptozoology. Ekspediasi pencarian Orang Pendek sudah beberapa kali di lakukan di Kawasan Kerinci, Salah satunya adalah ekspedisi yang didanai oleh National Geographic Society. National Geographic sangat tertarik mengenai legenda Orang Pendek di Kerinci, Jambi, beberapa peneliti telah mereka kirimkan kesana untuk melakukan penelitian mengenai makhluk tersebut.

    Adapun cerita mengenai orang pendek pertama kali ditemukan dalam catatan penjelajah Marco Polo tahun 1292, saat ia bertualang ke Asia. Walau diyakini keberadaannya oleh penduduk setempat, makhluk ini dipandang hanya sebagai mitos oleh para ilmuwan, seperti halnya yeti di Himalaya dan monster Loch Ness Inggris Raya.

    Sejauh ini, para saksi yang mengaku pernah melihat Orang Pendek menggambarkan tubuh fisiknya sebagai makhluk yang berjalan tegap (berjalan dengan dua kaki) tinggi sekitar satu meter (diantara 85 cm hingga 130 cm) dan memiliki banyak bulu diseluruh badan. Bahkan tak sedikit pula yang menggambarkannya dengan membawa berbagai macam peralatan berburu, seperti semacam tombak.

    Legenda Mengenai Orang Pendek sudah secara turun temurun dikisahkan di dalam kebudayaan masyarakat Suku anak dalam. Mungkin bisa dibilang, Suku Anak Dalam sudah terlalu lama berbagi tempat dengan para Orang Pendek di kawasan tersebut. Walaupun demikian, jalinan sosial diantara mereka tidak pernah ada. Sejak dahulu Suku Anak Dalam bahkan tidak pernah menjalin kontak langsung dengan makhluk-makhluk ini, mereka memang sering terlihat, namun tak pernah sekalipun warga dari suku anak dalam dapat mendekatinya. 

    Ada suatu kisah mengenai keputusasaan para Suku Anak Dalam yang mencoba mencari tahu identitas dari makhluk-makhluk ini, mereka hendak menangkapnya namun selalu gagal. Pencarian lokasi dimana mereka membangun komunitas mereka di kawasan Taman Nasional juga pernah dilakukan, namun juga tidak pernah ditemukan.

    Awal tahun 1900-an, dimana saat itu Indonesia masih merupakan jajahan Belanda, tak sedikit pula laporan datang dari para WNA. Namun yang paling terkenal adalah Kesaksian Mr. Van Heerwarden di tahun 1923. Mr. Van Heerwarden adalah seorang zoologiest, dan disekitar tahun itu ia sedang melakukan penelitian di kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat.

    Pada suatu catatan kisahnya, ia menuliskan mengenai pertemuannya dengan beberapa makhluk gelap dengan banyak bulu di badan. Tinggi tubuh mereka ia gambarkan setinggi anak kecil berusia 3-4 tahun, namun dengan bentuk wajah yang lebih tua dan dengan rambut hitam sebahu. Mr. Heerwarden sadar mereka bukan sejenis siamang maupun perimata lainnya. Ia tahu makhluk-makhluk itu menyadari keberadaan dirinya saat itu, sehingga mereka berlari menghindar. Satu hal yang membuat Mr. Heerwarden tak habis pikir, semua makhluk itu memiliki persenjataan berbentuk tombak dan mereka berjalan tegak. Semenjak itu, Mr. Heerwarden terus berusaha mencari tahu makhluk tersebut, namun usahanya selalu tidak berbuah hasil.

    Sumber-sumber dari para saksi memang sangat dibutuhkan bagi para peneliti yang didanai oleh National Gographic Society untuk mencari tahu keberadaan Orang Pendek. Dua orang peneliti dari Inggris, Debbie Martyr dan Jeremy Holden sudah lama mengabadikan dirinya untuk terus menerus melakukan ekspedisi terhadap eksistensi Orang Pendek. Namun, sejak pertama kali mereka datang ke Taman Nasional Kerinci di tahun 1990, sejauh ini hasil yang didapat masih jauh dari kata memuaskan. Lain dengan peneliti lainnya, Debbie dan Jeremy datang ke Indonesia dengan dibiayai oleh Organisasi Flora dan Fauna Internasional (http://fauna-flora.org). 

    Dalam ekspedisi yang dinamakan “Project Orang Pendek” ini, mereka terlibat penelitian panjang disana. Secara sistematik, usaha-usaha yang mereka lakukan dalam ekspedisi ini antara lain adalah pengumpulan informasi dari beberapa saksi mata untuk mengetahui lokasi-lokasi di mana mereka sering dikabarkan muncul. Kemudian ada metode menjebak pada suatu tempat dimana disana terdapat beberapa kamera yang selalu siap untuk menangkap aktivitas mereka. Rasa putus asa dan frustasi selalu menghinggap di diri mereka ketika hasil ekspedisi selama ini belum mendapat hasil yang memuaskan.

    Hubungan Kekerabatan Yang Hilang

    Beberapa pakar Cryptozoology mengatakan bahwa Orang Pendek mungkin memiliki hubungan yang hilang dengan manusia. Apakah mereka merupakan sisa-sisa dari genus Australopithecus?

    Banyak Paleontologiest mengatakan bahwa jika anggota Australopithecus masih ada yang bertahan hidup hingga hari ini, maka mereka lebih suka digambarkan sebagai seekor siamang. Pertanyaan mengenai identitas Orang Pendek yang banyak dikaitkan dengan genus Australopitechus ini sedikit pudar dengan ditemukannya fosil dari beberapa spesies manusia kerdil di Flores beberapa waktu yang lalu. Fosil manusia-manusia kerdil “Hobbit” berjalan tegak inilah yang kemudian disebut sebagai Homo Floresiensis. 

    Ciri-ciri fisik spesies ini sangat mirip dengan penggambaran mengenai Orang Pendek, dimana mereka memiliki tinggi badan tidak lebih dari satu seperempat meter, berjalan tegak dengan dua kaki dan telah dapat mengembangkan perkakas/alat berburu sederhana serta telah mampu menciptakan api. Homo Floresiensis diperkirakan hidup diantara 35000 – 18000 tahun yang lalu.

    Apakah Orang Pendek benar-benar merupakan sisa-sisa dari Homo Floresiensis yang masih dapat bertahan hidup? Secara jujur, para peneliti belum dapat menjawabnya. Peneliti mengetahui bahwa setiap saksi mata yang berhasil mereka temui mengatakan lebih mempercayai Orang Pendek sebagai seekor binatang. Debbie Martyr dan Jeremy Holden, juga mempertahankan pendapat mereka bahwa Orang Pendek adalah seekor siamang luar biasa dan bukan hominid.

    Tambahan :

    Ciri lain yang ane ketahui berdasarkan informasi dari teman2 yang berasal dari kerinci,selain bertubuh kerdil orang tersebut juga tidak memiliki belahan di bagian atas bibir,n bentuk telapak kaki ny nya juga terbalik,jarinya di bagian belakang dan tumit di bagian depan..

    Muara Karing (Geopark Merangin)


    Muara Karing (Geopark Merangin)
    Lokasi ini adalah tempat ditemukannya beberapa fosil tunggul pohon berumur sekita 300 juta tahun. Batuan yang mengalasi fosil tumbuhan tersebut adalah formasi Mengkarang yang terdiri atas batuan sedimen bercampur dengan material gunung api yang menghampar hampir di seluru dasar Sungai Karing.

    Kayu yang telah menjadi fosil | Deri

    Batuan ini lah yang mengawetkan tumbuhan tersebut sehingga keberadaannya masih dapat kita jumpai hingga sampai saat ini. Fosil tumbuhan yang dapat dijumpai dilokasi ini antara lain : jenis Calamites Macralethopoteris (sejenis tumbuhan pakis) dan Cordaites (sejenis tumbuhan pandan). Hal ini menunjukkan bahwa pada sekita 300 juta tahun yang lalu daerah tersebut merupakan hutan dengan pohon pohon besar yang diselingi dengan tumbuhan perdu.

    Fosil Pakis | Deri

    Muara Karing | Foto Deri

    Jeram Ladeh 
    http://bumimerangin.blogspot.com/2013/11/dry-trek-new-air-batu-to-muara-karing.html

    Goa Sengering dan Goa Bujang Bangko,Jambi

    Goa Sengering dan Goa Bujang Bangko,Jambi. Indonesia memang memiliki banyak keindahan alam yang sangat menawan, Salah satunya wisata alam perut bumi (goa). Goa dengan bentuk yang alami dan semua cerita sejarah yang bisa hadir di  Goa Bujang dalamnya mampu menghipnotis dan membuat pengunjung yang datang terpesona.

    Salah satunya adalah Goa Sengering, Keberadaan Goa Senggring belum begitu terpublikasikan dibandingkan dengan objek wisata alam lainya yang terdapat di Merangin.

    Goa ini memiliki keunikan yang sangat menarik dimana bebatuanya yang sangat dominan dengan gaya dan bentuk yang berbeda-beda bahkan ada yang menyerupai gorden dan dihiasi dengan butiran air yang berkilau apabila terkena cahaya. Goa ini terdapat di Desa Sengering, Kecamatan Sungai Manau sekitar 40 KM dari Kabupaten Merangin.

    Terowongan Goa Bujang
    Untuk mencapai lokasi ini bisa menggunakan kendaraan umum bahkan dengan kendaraan bermotor dari Desa Sengering. Keberadaan gua ini dapat dicapai sekitar 1 jam perjalanan dari Desa Sengering melintasi aliran Sungai Sengering menuju ke arah Utara.

    Di dalam gua terdapat kehidupan binatang seperti kelelawar, wallet, jangkrik goa, dan banyak binatang lainya di dalam gua ini di aliri oleh air sungai yang bermuara ke Sungai Mesumai. Di sekitar mulut Goa Sengering juga terdapat air terjun dengan ketinggian 4-5 meter. Di dalam goa ini sangatlah gelap maka dibutuhkan alat penerangan untuk melakukan penelusuran. 

    Selain itu, yang terpenting adalah kekompakan tim dalam penelusuran gua ini. Goa Sengering memiliki panjang 305 meter dengan kelebaran sekitar 20 meter, ketinggian gua kurang lebih sekitar 25 meter dengan batuan yang tajam maka dari itu perlu kehati-hatian dalam penelusuran go ini.

    Stalagmit Goa Bujang
    Di sekitar Goa Sengering juga terdapat Goa Bujang yang jaraknya tidak terlalu jauh dari mulut Goa Sengering. Bila ditempuh dengan jalan kaki sekitar 10 menit dari Goa Sengering menuju ke arah Utara kita sudah dapat melihat mulut Goa Bujang dengan jarak sekitar 800 meter dari mulut Goa Sengering di dalam Goa Bujang juga di lengkapai dengan berbagai bentuk ornamen goa dan di dalamnya juga terdapat air terjun dengan ketinggian 6 meter. Namun, untuk mencapai air terjun ini kita harus rela merayap di atas bebatuan yang terdapat di lorong kecil di dalam perut gua ini sebelum memaskuki gua Bujang haruslah mencuci muka dan berdoa sebelum melakukan penelusuran gua. Konon kepercayaan penduduk setempat agar kita dapat melihat dengan jelas saat kita melakukan penelusuran goa. 

    Terowongan Goa Bujang

    Info transportasi

    Bangko- sei manau 32 km dapat ditempuh dengan kendaraan umum sekitar 1,5 jam.
    Desa sengering- goa sengering berjalan kaki sekitar 1 jam melewati jalan setapak sungai sengering.

    http://bumimerangin.blogspot.com/2013/11/gua-senggering-bangkojambi.html

    Goa Sengayau, biarlah tetap seperti itu

    Kawasan Goa Sengayau terletak di Desa Sungai Pinang Kecamatan Sungai Manau Kabupaten Merangin. Kawasan Goa Sengayau dengan luas sekitar 10.000 ha merupakan daerah perbukitan yang termasuk dalam kawasan zona penyangga (Bufer zona) Taman Nasional Kerinci Sebelat (TNKS). Dalam laporan Ekspdisi Mapala SIGINJAI Unja 2008, bahwa di Kawasan Goa Sengayau terdapat 43 buah goa dan dari 43 goa tersebut baru 12 goa yang sudah di petakan (Mapping) oleh Mapala SIGINJAI Unja. Walaupun laporan itu masih simpang siur dengan informasi dari masyarakat karena menurut masyarakat setempat ada sekitar 100 buah goa di kawasan ini, tapi itu adalah data yang pertama untuk goa yang ada di kawasan Goa Sengayau.

    Untuk menuju kawasan Goa Sengayau dari Jambi membutuhkan waktu 8 jam dengan menggunakan bus ke arah Kerinci, berhenti di pasar Sungai Manau dan melanjutkan ke Sungai Pinang dengan menggunakan transportasi local yang langsung berhenti di pesenggerahan jembatan tiga. 

    Dari jematan tiga menuju kawasan goa sekitar 30 menit dengan berjalan kaki. Trek yang di lalui cukup terjal dengan kemiringan 35 derajat dengan vegetasi hutan yang sudah heterogen. Setelah 30 menit berjalan, kita memasuki kawasan Goa Sengayau dengan di tandai bebatuan dan mulai terciumnya bau kotoran kelelawar (Tadarida pucata) yang menjadi khas kompleks Goa Sengayau, biasanya para caver langsung menuju lokasi camping ground yang berhadapan langsung dengan pintu utama Goa Sengayau yang juga menjadi pintu Goa Masjid. 

    Di lokasi camping ground cukup luas sekitar 6x15 meter dan juga terdapat sumber air yang cukup melimpah. Selain itu juga terdapat pondok para penjaga goa, kawasan goa ini memang di jaga karena di dalam goa banyak terdapat burung walet (Collocalia fucphaga).

    Kawasan karst Goa Sengayau memang masih sangat alami karena sangat jarang di kunjungi, kondisi medan yang berat dan berbukit-bukit serta jarak yang cukup jauh, hanya Caver dan penduduk desa setempat yang sering ke goa ini. Di lokasi camping ground saat pagi hari menjadi kenikmatan tersendiri karena kicauan burung di lokasi yang hijau menemani para caver untuk mempersiapkan kegiatan eksplor di goa sekitar Sengayau. 

    Beberapa nama goa yang terdapat di kompleks Goa Sengayau yaitu Goa Masjid, Goa Ahmad, Goa Tancap, Goa Ventaris, Goa Riben, Goa Siginjai, Goa Asap, Goa Air Daya, Goa Sempit, Goa Lapangan, Goa Batang dan masih banyak lagi baik vertical maupun horizontal. Ada keunikan tersendiri di kawasan Goa Sengayau, karena siapa yang pertama menemukan Goa, maka nama dialah yang melekat untuk goa tersebut dan ini sudah menjadi kebiasaan, seperti Goa Ahmad, Goa Ventaris dll.

    Goa Masjid merupakan goa terbesar di kawsan Goa Sengayau dan termasuk goa horizontal yang mempunyai panjang lorong sekitar 513,5 meter. Di namakan Goa Masjid karena terdapat ruangan yang besar yang atapnya menyerupai kubah di masjid. Goa Masjid paling sering di kunjungi di antara goa yang lain dan ini berdampak banyaknya coretan di dinding goa, ini sangat di sayangkan sekali buat pengunjung yang mempunyai sikap vandalis. Seharusnya pengunjung mempunyai jiwa konservatif yang peduli pada kelestarian goa ini.

    Goa Lapangan termasuk goa vertical dengan kemiringan 90 derajat, di namakan Goa Lapangan karena goa ini mempunyai ruangan yang cukup luas sekitar 2/3 dari luas lapangan sepak bola. Goa Lapangan mempunyai 2 pintu yang pertama dengan vertical yang kedalamannya 40 meter selanjutnya ketemu ruangan yang luasnya sekitar 2/3 lapangan sepak bola kemudian melanjutkan perjalanan dengan melewati beberapa lorong dan ornament-oernament yang memanjakan mata. Jalan tembusnya ke Goa Masjid dan melewati air terjun setinggi 4 meter.

    Lorong-lorong antara goa yang satu dengan yang lain saling berhubungan dan seperti goa lapangan tembusnya ke goa masjid dan di lorong goa masjid ketemu persimpangan dan itu termasuk goa tancap bias juga langsung menuju goa siam, jadi antara goa yang satu dengan yang lain saling berhubungan tanpa kita harus keluar dulu untuk menuju goa berikutnya. 

    Ornament yang terdapat di dalam goa masih cukup alami dan masih bisa tumbuh walaupun butuh ribuan tahun. Sepanjang lorong goa, stalaktit, stalakmit, gourdam, helaktiti dan pilar masih bisa dinikmati dan sangat memanjakan mata. Bahkan di beberapa tempat ada patung batu yang menyerupai gajah dan patung yang menyerupai orang dengan posisi duduk seperti sedang sholat.

    Beberapa jenis flora dan fauna yang mendominasi kawasan goa sengayau seperti Kelapa (Cocous nucifera), Pisang (Musa paradisiacal), Mangga (Mangifera indica), Durian (Durio zibethinus) Bambu (Bambusa), Keladi (Colocasia), Walet Sarang Putih (Collocalia fucphaga), Seriti (Collocalia asculanta), Kutilang (Phycnomutus aurigaster), Perkutut (Geopelia striata), Terkukur (Streptopelia cinarsis), Kelelawar (Tadarida pucata), Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis), Lutung (Presbytis cristata) dll.

    Kawasan Goa Sengayau dengan potensi ekowisatanya mempunya nilai strategis untuk kemajuan wisata minat khusus di Provinsi Jambi khususnya daerah Kabupaten Merangin. Penerapan wisata goa harus terus berdampingan dengan kelestarian lingkungan, biarlah kawasan Goa Sengayau tetap alami dengan keindahan ornament goanya dan ini Perlu perlindungan hukum supaya kawasan ini tetap terjaga keasriannya. 

    Biarlah para caver yang bisa menikamtinya dari pada terlalu banyak pengunjung yang akhirnya berdampak pada kerusakan struktur goa, kalaupun orang awan ingin menikmati keindahan goa sengayau harus mempunyai jiwa konservatif agar kawasan goa sengayau tetap terjaga ke asliannya.
    http://abussiraj.blogspot.com/2012/01/goa-sengayau-biarlah-tetap-seperti-itu.html
     
    Support : Creating Blog | SEPRIANO | PARIWISATA JAMBI
    Copyright © 2016. PARIWISATA JAMBI - All Rights Reserved
    Template Created by Blogger Published by Blogger
    Proudly powered by Blogger