Headlines News :
Home » , » Danau Belibis

Danau Belibis

Written By Buana TV on Sunday 22 June 2014 | 23:56

Danau Belibis, sesuai namanya dimana di danau ini banyak terdapat populasi belibis yang hidup di sekitar danau. Danau belibis terletak di atas ketinggian lebih dari 1000 m dpl tepat di kaki Gunung Kerinci yang merupakan gunung api aktif tertinggi di Indonesia (3805 m dpl). Secara geografis danau ini berada di wilayah Taman Nasional Kerinci Seblat, Kecamatan Kayu Aro Barat, Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi.

Secara geografis, Danau Belibis merupakan danau tektonik yang terjadi akibat aktivitas gunung api. Hal ini dapat kita lihat dari posisinya yang tepat berada di puncak sebuah bukit. Danau ini merupakan danau air tawar meskipun kualitas air yang tidak terlalu banyak namun tetap selalu ada. Di pinggiran danau masih terdapat berbagai satwa alam yang masih terjaga, antara lain burung hutan, monyet, dan sebagainya. Termasuk beberapa hewan lain seperti ular serta harimau meski sekarang jarang ditemui.

Bagi masyarakat Kayu Aro, Danau Belibis bukanlah danau biasa karena merupakan danau yang memiliki sejuta cerita dan misteri. Selain itu, jarang sekali orang-orang yang berkunjung ke danau tersebut membuatnya misterius danau tersebut.

Penulis sendiri sudah dua kali mengunjungi danau ini dan aksesnya bisa melalui beberapa desa yaitu: Kebun Baru, N1, Gunung Labu dan Giri Mulyo. Akses menuju danau tersebut belum begitu bagus sehingga kita lebih baik berjalan kaki sambil menikmati pemandangan alam berupa kebun-kebun petani di sekitar jalan menuju danau.

Sebagaimana cerita orang-orang tua, meskipun banyak versi yang berbeda tetapi kebanyakan mereka menceritakan bahwa belibis-belibis penghuni Danau Belibis, merupakan perwujudan dari manusia-manusia yang sempat hilang di danau tersebut. Mereka adalah sekelompok pekerja dalam satu mandoran ketika mengadakan kunjungan ke danau tersebut. Mereka semua tidak ada yang pulang ke rumah dan menjadi belibis penunggu danau. Hal itu terjadi ketika awal muasal pembukaan Perkebunan Teh oleh Pemerintah Hindia Belanda. Akan tetapi cerita tersebut semakin digali semakin panjang bahkan semakin menggelitik serta membuat bulu kuduk yang mendengarnya langsung berdiri.

Menampihkan semua cerita-cerita misterius tersebut, kita seharusnya sadar akan semua yang alam berikan. Kita harus menjaganya. Ironis, ketika saya berkunjung ke danau tersebut, kondisi hutan sudah berubah menjadi lahan pertanian, tepat di pintu rimba menuju danau merupakan ladang masyarakat. Ironis daerah yang seharunya dijaga kelestraian, apalagi berada dalam kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat.

Kawasan hutan yang seharusnya menjadi tempat serapan air, kini telah beralih fungsi menjadi ladang masyarakat, hal itu bisa kita lihat sepanjang jalan. Padahal sebenarnya sudah ada batas rambahan hutan tetapi itulah manusia, tidak mempunyai rasa puas akan yang telah ada. Dapat dikatakan kalau Gunung Kerinci belum gundul maka belum berhenti merambah hutan.

Kesadaran yang rendah terhadap perlindungan alam sesungguhnya akan berimbas pada masyarakat itu sendiri. Hal yang paling nyata adalah kurangnya sumber air yang ada, kekeringan saat musim kemarau. Seharusnya kondisi di kaki gunung dengan alam yang terjaga dapat menjamin persediaan air. Akan tetapi, saat ini kondisi sumber air banyak yang berkurang bahkan mati. Ketika penulis masih kecil, masih teringat anak-anak mandi di sungai dengan riangnya tapi sekarang debit air yang ada hanya beberapa sentimeter, bahkan batu kali pun terlihat. Hal ini merupakan, efek nyata dari rusaknya alam, khusunya di kawasan kaki Gunung Kerinci.

Semoga tulisan ini memberikan tidak hanya informasi tetapi juga pesan agar kita menjaga alam dengan segala yang ada. Menjaga alam akan memberikan manfaat kepada kita dan kehidupan. Karena kehidupan bukan hanya saat ini tetapi juga akan datang.
Share this post :

Post a Comment

 
Support : Creating Blog | SEPRIANO | PARIWISATA JAMBI
Copyright © 2016. PARIWISATA JAMBI - All Rights Reserved
Template Created by Blogger Published by Blogger
Proudly powered by Blogger