Kawasan Goa Sengayau terletak di Desa Sungai Pinang Kecamatan Sungai Manau Kabupaten Merangin. Kawasan Goa Sengayau dengan luas sekitar 10.000 ha merupakan daerah perbukitan yang termasuk dalam kawasan zona penyangga (Bufer zona) Taman Nasional Kerinci Sebelat (TNKS). Dalam laporan Ekspdisi Mapala SIGINJAI Unja 2008, bahwa di Kawasan Goa Sengayau terdapat 43 buah goa dan dari 43 goa tersebut baru 12 goa yang sudah di petakan (Mapping) oleh Mapala SIGINJAI Unja. Walaupun laporan itu masih simpang siur dengan informasi dari masyarakat karena menurut masyarakat setempat ada sekitar 100 buah goa di kawasan ini, tapi itu adalah data yang pertama untuk goa yang ada di kawasan Goa Sengayau.

Dari jematan tiga menuju kawasan goa sekitar 30 menit dengan berjalan kaki. Trek yang di lalui cukup terjal dengan kemiringan 35 derajat dengan vegetasi hutan yang sudah heterogen. Setelah 30 menit berjalan, kita memasuki kawasan Goa Sengayau dengan di tandai bebatuan dan mulai terciumnya bau kotoran kelelawar (Tadarida pucata) yang menjadi khas kompleks Goa Sengayau, biasanya para caver langsung menuju lokasi camping ground yang berhadapan langsung dengan pintu utama Goa Sengayau yang juga menjadi pintu Goa Masjid.
Di lokasi camping ground cukup luas sekitar 6x15 meter dan juga terdapat sumber air yang cukup melimpah. Selain itu juga terdapat pondok para penjaga goa, kawasan goa ini memang di jaga karena di dalam goa banyak terdapat burung walet (Collocalia fucphaga).

Beberapa nama goa yang terdapat di kompleks Goa Sengayau yaitu Goa Masjid, Goa Ahmad, Goa Tancap, Goa Ventaris, Goa Riben, Goa Siginjai, Goa Asap, Goa Air Daya, Goa Sempit, Goa Lapangan, Goa Batang dan masih banyak lagi baik vertical maupun horizontal. Ada keunikan tersendiri di kawasan Goa Sengayau, karena siapa yang pertama menemukan Goa, maka nama dialah yang melekat untuk goa tersebut dan ini sudah menjadi kebiasaan, seperti Goa Ahmad, Goa Ventaris dll.
Goa Masjid merupakan goa terbesar di kawsan Goa Sengayau dan termasuk goa horizontal yang mempunyai panjang lorong sekitar 513,5 meter. Di namakan Goa Masjid karena terdapat ruangan yang besar yang atapnya menyerupai kubah di masjid. Goa Masjid paling sering di kunjungi di antara goa yang lain dan ini berdampak banyaknya coretan di dinding goa, ini sangat di sayangkan sekali buat pengunjung yang mempunyai sikap vandalis. Seharusnya pengunjung mempunyai jiwa konservatif yang peduli pada kelestarian goa ini.

Lorong-lorong antara goa yang satu dengan yang lain saling berhubungan dan seperti goa lapangan tembusnya ke goa masjid dan di lorong goa masjid ketemu persimpangan dan itu termasuk goa tancap bias juga langsung menuju goa siam, jadi antara goa yang satu dengan yang lain saling berhubungan tanpa kita harus keluar dulu untuk menuju goa berikutnya.
Ornament yang terdapat di dalam goa masih cukup alami dan masih bisa tumbuh walaupun butuh ribuan tahun. Sepanjang lorong goa, stalaktit, stalakmit, gourdam, helaktiti dan pilar masih bisa dinikmati dan sangat memanjakan mata. Bahkan di beberapa tempat ada patung batu yang menyerupai gajah dan patung yang menyerupai orang dengan posisi duduk seperti sedang sholat.

Kawasan Goa Sengayau dengan potensi ekowisatanya mempunya nilai strategis untuk kemajuan wisata minat khusus di Provinsi Jambi khususnya daerah Kabupaten Merangin. Penerapan wisata goa harus terus berdampingan dengan kelestarian lingkungan, biarlah kawasan Goa Sengayau tetap alami dengan keindahan ornament goanya dan ini Perlu perlindungan hukum supaya kawasan ini tetap terjaga keasriannya.
Biarlah para caver yang bisa menikamtinya dari pada terlalu banyak pengunjung yang akhirnya berdampak pada kerusakan struktur goa, kalaupun orang awan ingin menikmati keindahan goa sengayau harus mempunyai jiwa konservatif agar kawasan goa sengayau tetap terjaga ke asliannya.
http://abussiraj.blogspot.com/2012/01/goa-sengayau-biarlah-tetap-seperti-itu.html
Post a Comment