Desa Megalitikum di Muak Kerinci – Jambi. Situs peninggalan zaman megalitikum yang terletak di Desa Muak, Kabupaten Kerinci – Jambi hingga kini kondisinya sangat memprihatinkan, dan Pemkab Kerinci nampaknya belum memiliki perhatian serius untuk memelihara situs purbakala yang sangat berguna bagi pengungkapan kebudayaan pra-sejarah yang ada di daerah itu.
Megalithikum merupakan suatu istilah kebudayaan batu besar (Mega = besar; Lithos = batu). Kebudayaan Megalithikum bukanlah suatu zaman yang berkembang tersendiri, melainkan suatu hasil budaya yang timbul pada zaman Neolithikum dan berkembang pesat pada zaman logam. Setiap bangunan yang diciptakan oleh masyarakat tentu memiliki fungsi.
Beberapa peradaban megalithik yang dapat kita jumpai di Muak ini antara lain; Situs Batu Patah, Situs Batu Berrelief, Situs Batu Gong yang kesemuanya itu terletak dalam kawasan permukiman warga.
Situs Batu Berrelief
Batu Berrelief atau lebih dikenal dengan Batu berlukis ini berada tepat disebelah Kantor Kepala Desa Muak yang berada tepat ditengah-tengah permukiman warga desa. Situs ini terlihat kurang sekali perawatan sehingga dikhawatirkan akan mengalami kerusakan. Di lain hal, desa yang kaya akan sumber daya alam dan peninggalan pra sejarah ini kondisinya tidak sebaik desa-desa lain yang kita jumpai di Kab. Kerinci. Hal ini dilihat dari pasokan listrik yang tidak terjangkau sampai ke desa, ketersedian air bersih yang belum diperoleh, serta fasilitas pelayanan kesehatan yang tidak ada dari Pemkab setempat.
Di sisi lain, desa ini tergolong ramai dikunjungi oleh pihak luar karena merupakan jalur perlintasan propinsi yang menghubungkan Kab. Kerinci dengan Bangko – Jambi, Jikalau malam tiba, kita akan menjumpai desa yang tak berpenghuni diakibatkan tidak tersedianya pasokan listrik untuk desa. kondisi ini mengakibatkan desa ini rawan dengan tindak kejahatan yang berimbas hilangnya situs peninggalan purbakala. Begitulah yang ku tangkap dari pembicaraanku dengan Kepala Desa dan warga desa ini.
Perjalanan 4 km dari desa mengantarkanku ke situs peninggalan megalithik berikutnya, Batu Patah, begitulah nama yang tertera ketika aku sampai di depan Situs yang telah dipagari sehingga mirip dengan kuburan para tokoh terdahulu. Sekilas terlihat situs ini seperti batu besar yang sangat panjang, akan tetapi ditengah-tengah batu ini terbelah menjadi dua bahagian sehingga nama Batu Patah pun tak lepas dinobatkan kepada batu ini. di badan batu inipun sangat jelas terlihat ukiran-ukiran yang menyerupai gambar hewan-hewan seperti gajah, kuda, kambing dan juga gambar manusia yang lagi bekerja. Hal ini menandakan bahwa pada zaman itu kehidupan masyarakatnya telah maju dan telah mengenal seni.
Peninggalan purbakala ini hampir keseluruhannya terletak ditepi jalan besar desa yang ramai karena merupakan jalur lintas propinsi. Batu Patah inipun selain berada di tepi jalan propinsi juga terletak sitengah-tengah ladang masyarakat desa. Sehingga mudah disentuh oleh tangan-tangan jahil yang tidak bertanggung jawab yang dapat merusak peninggalan prasejarah ini.
Batu Gong merupakan situs ketiga peninggalan prasejarah yang dapat kita temui dengan menelusuri jalan sejauh 5 km dari Situs Batu Patah, jalan menuju ke Situs inipun tergolong sangat sepi dan setapak dikarenakan situs ini terletak ditengah-tengah ladang milik warga desa yang jauh dari jalan raya. Sehingga untuk menempuhnya kita hanya bisa berjalan kaki.
Batu yang mirip dengan gong yang besar ini berdiameter ± 1,5 m dengan panjang ± 3 meter. Di Batu ini pun dapat kita temui ukiran-ukiran baik binatang maupun manusia yang hidup pada masa itu.
Mungkin, kita pernah mendengar kebiasaan masyarakat dahulu yang sering memandikan benda-benda pusaka leluhur dan upacara-upacara sejenisnya. Semua itu merupakan rasa penghormatan yang tak terhingga dan merupakan salah satu upaya dari para penduduk desa untuk mensucikan benda-benda bersejarah dan merupakan bentuk syukur atas limpahan rejeki yang telah diberikan oleh Tuhan Yang maha Esa sehingga hasil bumi-utamanya padi- dapat dinikmati oleh masyarakat.
Konon di desa ini juga pernah disinggahi oleh Si Pahit Lidah (Legenda dari Sumatera Selatan) yang ditandai dengan ditemukannya Situs Batu Bertangkup, tapi sayang aku tidak sempat mengabadikan gambarnya karena saat itu matahari sudah mulai terbenam yang disertai dengan gerimis sore yang menyirami ladang-ladang desa ini.
Sekian dulu petualanganku dari Desa Muak (desa yang kaya akan hasil bumi dan peninggalan sejarah) seakan dibiarkan begitu saja tertinggal dan terpendam bersama situs sejarahnya. Akankah desa ini terus tertinggal karena Pemkab setempat yang hanya haus akan kemewahan pribadinya saja??? Kita tunggu saja…
Masuk Desa Muak rasanya seperti berwisata atau berada di dalam hidup dan kehidupan masa silam itu sendiri. Inilah warisan peninggalam masa lampau yang patut diketahui dan di jaga oleh kita bersama. Sudah pernah kesana apa belom? Kalau belom, saatnya mencoba untuk berkelana ke jaman tempo doeloe dengan mengunjungi Desa Muak. Tak lengkap jika hanya membaca artikel ini.
http://obycrownz.wordpress.com/2009/05/18/megalitikum/
Post a Comment