Headlines News :
Home » » Organisasi Masyarakat Jambi

Organisasi Masyarakat Jambi

Written By Sepriano, M.Kom. on Wednesday, 18 June 2014 | 08:21



Kelembagaan dan Organisasi Masyarakat


Dalam menjalani kehidupan masyarakat Muara Jambi masih menjalankan nilai-nilai tradisi yang mereka warisi dari generasi ke generasi dan dipertahankan hingga sekarang. Meski saat ini penduduk Muara Jambi tidak hanya dari keturunan Muara Maro Sebo, tetapi juga telah banyak hidup para pendatang yang berasal dari Jawa, Minang, Batak, Kerinci, Palembang. Interaksi dan hubungan social antara masyarakat asli dengan pendatang telah terjalin dengan harmonis. Wujud dari integrasi ini dapat dilihat dari kehidupan keseharian maupun dari kegiatan-kegiatan bersama yang mereka laksanakan. Ada beberapa bentuk kelembagaan dan organisasi social yang berjalan dalam kehidupan masyarakat Muara Jambi, antara lain:

Pelarian

Pelarian adalah sebuah kegiatan kerja sama antar beberapa orang yang bersepakat untuk melakukan suatu pekerjaan secara bersama-sama, pekerjaan tersebut akan dilaksanakan secara bergiliran bagi setiap anggota yang ikut serta. Umumnya kegiatan yang dilakukan dalam kegiatan pelarian adalah untuk mempermudah pekerjaan yang membutuhkan tenaga yang banyak, seperti : mendirikan rumah, menanam benih padi di ladang. Misalnya kelompok pelarian RT.1 anggotanya berjumlah 5 orang, mereka bersepakat akan melakukan pekerjaan menanam padi di ladang yang mereka miliki. Kemudian mereka menyepakati bahwa pekerjaan menanam padi tersebut akan dilaksanakan dalam waktu 5 hari. Dalam kurun waktu 5 hari ini kebun mereka akan dikerjakan secara bergantian.

Kegiatan pelarian pada umumnya dikenal dan dilaksanakan dalam kehidupan masyarakat Melayu. Di kelompok masyarakat Melayu yang lain, istilah pelarian dikenal juga dengan sebutan kegiatan arian. Pada umumnya nilai-nilai yang melandasi kegiatan pelarian didasari oleh rasa tolong-menolong antar anggota kelompok dalam memudahkan kegiatan/pekerjaan. Dalam konteks kegiatan ini, ada terjadi perbedaan system pelarian yang berlaku di Muara Jambi dengan daerah lainnya. Dalam system pelarian di Muara Jambi mengenal system upah yang diberikan pada anggota yang bekerja sebagai uang ganti hari. Sementara di dearah-daerah di jambi, upah sebagai uang ganti hari tidak diberikan tetapi diganti dengan menyediakan makan dan minum.

Beselang

Beselang pada hakikatnya hampir sama dengan pelarian, kegiatan ini dilaksanakan juga untuk melakukan suatu pekerjaan secara bersam-sama, pekerjaan tersebut akan dilaksanakan secara bergiliran bagi setiap anggota yang ikut serta. Perbedaan antara dua bentuk kelembagaan ini adalah ; pada kegiatan beselang lebih banyak dilakukan untuk kegiatan upacara-upacara seperti perkawinan dan lain-lain. Pada umumnya hampir seluruh penduduk desa ikut dalam kegiatan ini, sementara pelarian hanya terbatas pada beberapa orang saja.

Biasanya keluarga yang memiliki hajatan akan mengundang para penduduk desa untuk membantu pelaksanaan kegiatan hajatan yang akan dilakukan. Mulai dari kegiatan masak-masak dan kebutuhan lainnya yang terkait dalam upacara yang akan dilaksanakan. Keterlibatan seseorang pada kegiatan beselang untuk mempersiapkan upacara ini akan dibalas pada saat dia nantinya melaksanakan upacara/hajatan (perkawinan).

Pada prinsipnya pada kegiatan pelarian dan beselang ini berlaku prinsip tolong-menolong. Azas timbal balik mutualisme berlaku pada kegiatan ini, dimana pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan ini akan mendapatkan keuntungan jika sama-sama telah mendapatkan bantuan dari anggota pelarian/beselang maka ia harus melakukan hal yang sama pada saat kegiatan itu dilakukan di tempat anggota yang lain. Jika seorang individu tidak dapat hadir maka disini telah terjadi kecurangan. Ketidak hadiran atau tidak dapatnya seorang anggota pelarian/beselang datang pada kegiatan itu dilakukan ditempat anggota yang lain, tidak dapat diganti dengan uang atau bentuk barang lainnya. Dalam kegiatan ini prinsip reciprositas atau hubungan timbal balik diutamakan.

Yasinan

Kelompok yasinan merupakan bentuk kelembagaan masyarakat yang bergerak dalam kegiatan pengajian. Kegiatan ini dilaksanakan seminggu sekali, tepatnya pada malam jum’at. Kegiatan pengajian ini dilaksanakan secara bergantian dirumah-rumah penduduk. Kelompok yasinan yang ada umumnya hanya melingkupi warga yang berada dalam satu wilayah RT yang sama. Pada saat sekarang kelompok yasinan di setiap RT aktif dan punya kegiatan sendiri.

Berjuluk dan Bertandang

Adat dari tradisi yang ada di Desa Muara Jambi pada dasarnya memiliki kesamaan dengan kelompok masyarakat melayu lainnya yang ada di Propinsi Jambi. Beberapa tradisi dan adat yang pernah berlaku dan menjadi pedoman kehidupan masyarakat melayu masih diwarisi dan dipertahankan hingga sekarang. Namun ada juga beberapa tradisi dan adat yang ada, saat sekarang tidak ditemukan lagi ditengah kehidupan masyarakat. Hal ini tentunya disebabkan oleh beberapa hal yang terjadi seiring dengan perkembangan zaman. Tradisi yang pernah ada dan tidak dilaksanakan lagi antara lain tradisi bejuluk dan betandang.

Pada dasarnya tradisi bejuluk dan betandang ini adalah sama, yaitu merupakan kebiasaan cara beremu seorang pemuda dengan seorang gadis. Perbedaan tradisi betandang, pertemuan antara pemuda dengan seorang si gadis dilakukan secara terbuka dimana pertemuan ini diketahui oleh orang tua si gadis. Kebiasaan dalam trdisi betandang ini dilaksanakan setelah isya. Pertemuan ini ada yang dilaksanakan di halaman rumah dan ada juga di ruang tamu.

Sementara dalam tradisi bejuluk pertemuan yang dilaksanakan secara sembunyi-sembunyi agar tidak terlihat dan diketahui orang lain. Pertemuan antara pemuda dan si gadis ini tidak berlangsung secara tatap muka, dalam artian si gadis tetap berada di dalam rumah (kamarnya) sementara si pemuda berada di luar rumah (dibawah rumah). Pertemuan dalam tradisi ini juga dilaksanakan setelah isya tetapi lebih banyak dilakukan setelah orang pada mulai tidur. Pada saat-saatini pemuda mendatangi rumah gadis pujaannya. Si pemuda harus tahu di mana kamar si gadis agar nantinya tidak salah sasaran. Pada sore harinya, si pemuda terlebih dahulu memberi tahu si gadis bahwa dia akan datang nanti malam. Pada saat pertemuan sore itu si pemuda memberitahukan juga tanda apa yang akan digunakan bahwa yang memanggil itu adalah si pemuda. Tanda yang sering digunakan adalah berupa suara/bunyi menyerupai binatang, siulan atau jenis bunyi lainya. Tanda ini menjadi hal yang sangat penting, karena dengan tanda berupa bunyi tertentu si gadis dapat mengetahui bahwa yang datang adalah pemuda yang dinantikannya, bukan pemuda lain yang juga menaruh perhatian pada dirinya.

Jika seorang pemuda telah beberapa kali mendatangi rumah seorang gadis dengan tradisi bejuluk. Orang tua yang telah mengetahui hal ini bahwa anak laki-lakinya suka dengan si gadis. Biasanya orang tua si pemuda akan datang bertamu ke rumah si gadis untuk bertanya pada orang tua si gadis. Setelah cara ini dilaksanakan, jika si gadis belum dipinang orang lain. Pertemuan tersebut akan dilanjutkan dengan pertemuan selanjutnya yang pembicarannya membahas pertunangan dan pernikahan kedua anak mereka.

Hajran

Hajran adalah kesenian tradisional masyarakat Muara Jambi berupa permainan alat musik menyerupai rebana yang mengiringi alunan syair shlawat dan doa kepada nabi Muhammad yang dilantunkan secara bersama-sama. Permainan hajran biasanya dimainkan pada saat adanya upacara pernikahan. Hajran dimanikan pada malam hari sebelum mempelai laki-laki esok harinya akan melangsungkan pernikahan. Kesenian hajran ini dalam upacara pernikahan masyarakat di Muara Jambi hanya boleh ditampilkan/dimainkan di rumah mempelai laki-laki. Untuk kesenian yang sama dan bisa ditampilkan di rumah keluarga perempuan adalah kesenian Rebana Siam.

Berodeh merupakan waktu istirahat para pemain Hajran yang berlangsung dalam durasi beberapa menit yang memisahkan babak permainan Hajran. Semakin lama permainan Hajran dilakukan maka tingkatan berodeh pun semakin banyak. Pada waktu istirahat ini para pemain memulihkan tenaga sembari disuguhi minuman dan makanan sebelum melanjutkan permainan berikutnya. Jika permainan hajran yang dilaksanakan hingga subuh biasanya dari tingkatan berodeh yang pertama hingga terakhir, sajian minuman dan makanan yang disuguhkan berbeda antara tingkatan berodeh dengan tingkatan berikutnya.

Pada masa sekarang kegiatan hajran yang dilaksanakan hingga pagi dini hari (subuh) sudah sangat jarang dilakukan. Sudah langkahnya kegiatan ini dilaksanakan hingga subuh dikarenakan masalah biaya pelaksanaan. Butuh biaya yang tidak sedikit untuk bisa melaksanakan acara ini hingga sampai tamat. Dana yang paling besar dikeluarkan untuk kegiatan ini adalah untuk biaya makanan, besarnya dana untuk makanan ini disebabkan oleh makanan yang disajikan harus berbeda antara tingkatan-tingkatan berodeh. Makanan yang disediakan pada acara hajran untuk stiep kali berodeh, disajikan bukan hanya untuk para pemain hajran, tetapi juga disuguhkan untuk para penonton yang hadir.

Untuk memepertahankan tradisi yang telah diwarisi agar tidak punah. Kegiatan pertunjukan hajran tetap dilestarikan dan dilaksanakan setiap kali ada upacara perkawinan. Umumnya masyarakat yang telah berniat mengundang permainan Rebana Siam dan hajran hanya melaksanakan dalam satu kali berodeh saja.

Rebana Siam

Rebana Siam merupakan kesenian tradisional masyarakat Muara Jambi yang hampir mirip dengan hajran. Rebana siam dimainkan untuk mengiringi alunan syair shalawat dan doa kepada Muhammad. Perbedaan antara Rebana siam dan hajran ini terletak pada jenis alat yang digunakan.

Di Muara Jambi kesenian ini juga dimainkan pada saat pengantin pria diantar pergi menikah kerumah calon istrinya. Pada saat pengantin pria mulai berjalan meninggalkan rumah hingga sampai ditempat tujuan. Disepanjang perjalanan kesenian ini dimainkan secara terus-menerus. Rombongan pengantar pengantin ini berjalan secara parade yang dibagi atas tiga kelompok. Kelompok pertama adalah rombongan penari yang terdiri atas pemuda-pamuda yang berjalan didepan seakan-akan membuka jalan bagi rombongan.

Kelompok yang kedua adalah kelompok pemain hajran dan terakhir adalah kelompok atau rombongan pengantin dan keluarga serta pengantar lainnya yang ikut serta.



Sumber: Draf Nominasi Daftar World Heritage, UNESCO - Situs Percandian Muarajambi (Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jambi, 2009)

Share this post :

Post a Comment

 
Support : Creating Blog | SEPRIANO | PARIWISATA JAMBI
Copyright © 2016. PARIWISATA JAMBI - All Rights Reserved
Template Created by Blogger Published by Blogger
Proudly powered by Blogger