Duku (Lansium domesticum) merupakan buah penting di Indonesia dan memiliki pasar yang luas mulai dari pasar tradisional hingga supermarket modern. Buah duku banyak digemari karena rasa yang manis dan aroma tidak menyengat serta baik untuk dikonsumsi. Kandungan gizi dalam setiap 100 gram buah duku masak yaitu energi (63 kkal), protein (1 g), lemak (0,2 g), karbohidrat (16,1 g), kalsium (18 mg), fosfor (9 mg), vitamin C (9 mg), besi (0,9 mg), vitamin B1 (0,05 mg), air (82 g) dan 64% bagian yang dapat dimakan. Potensi sumberdaya alam Provinsi Jambi, khususnya agroklimat sangat mendukung untuk pengembangan duku.
Duku di daerah Jambi juga menjadi buah unggulan dan plasma nutfah yang mempunyai nilai komersial tinggi, banyak ditanam dan menjadi sumber pendapatan petani. Daerah sentra duku di Provinsi Jambi yaitu Kabupaten Muaro Jambi, Batanghari, Sarolangun, Merangin, Tebo dan Muaro Bungo. Duku Kumpeh yang terdapat di Kabupaten Muaro Jambi dan duku Muaro Panco dari Kabupaten Merangin merupakan varietas unggul nasional yang dilepas pada tahun 2000 dan 2009. Duku Kumpeh memiliki rasa manis, legit, daging buah bening, tekstur daging kenyal, tidak berserat, dan hampir tidak berbiji, sedangkan duku Muaro Pancojuga buahnya bening, berbiji kecil dan rasa manis. Rasa manis duku Kumpeh dapat bersaing dengan duku Palembang, Matesih dan Condet yang lebih dulu dikenal dan komersil.
Luas pertanaman duku di Provinsi Jambi pada tahun 2008 mencapai 7.660,36 ha dengan luas panen 1.661,50 ha dan rata-rata hasil 12,40 ton/ha. Hasil ini lebih rendah dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 14,66 ton/ha dengan luas panen yang lebih sempit yaitu sebesar 1.474 ha (Dispertan Prov. Jambi 2009).
Usaha pengembangan dan pelestarian tanaman duku perlu didukung dengan ketersediaan bibit bermutu dalam jumlah cukup, waktu singkat dan harga terjangkau. Bibit bermutu adalah tanaman muda yang sehat, seragam dan memiliki sifat-sifat istimewa seperti cepat berbuah, produksi tinggi dan kualitas buah baik. Bibit duku bermutu diperoleh dengan metode sambung pucuk, karena memiliki beberapa keuntungan, antara lain, tingkat keberhasilan lebih tinggi dibandingkan perbanyakan vegetatif lainnya, bibit yang dihasilkan memiliki sifat sama seperti tanaman induk, dapat berproduksi lebih cepat dan tanaman cenderung tumbuh lebih rendah daripada bibit yang berasal dari biji.
Duku yang ada di Provinsi Jambi saat ini umumnya berasal dari biji, sehingga membutuhkan waktu yang lama untuk berproduksi (15-20 tahun), sedangkan dengan teknologi sambung pucuk dan dosis pupuk yang tepat dapat mempercepat umur produksi menjadi 6-7 tahun. Dengan teknologi tersebut diharapkan populasi tanaman duku dapat terjaga kelestariannya. Populasi tanaman saat ini mulai berkurang akibat pengelolaan kebun duku sehat yang hampir tidak pernah dilakukan, sehingga tingkat serangan penyakit kanker batang duku semakin meningkat di Provinsi Jambi.
Pengelolaan penyakit pada tanaman duku antara lain dapat dilakukan dengan menggunakan bibit bermutu dan pemupukan. Pemupukan secara langsung dapat menghambat perkembangan patogen, memodifikasi lingkungan sehingga tidak mendukung perkembangan patogen dan meningkatkan ketahanan tanaman terhadap patogen. Pemupukan merupakan faktor yang sangat penting dalam menentukan hasil, kualitas dan kandungan nutrisi tanaman duku. Dosis pupuk yang tepat pada pohon duku merupakan faktor yang sangat penting. Kelebihan dan kekurangan hara dapat menyebabkan masalah serius pada tanaman duku. Metode terbaik untuk menentukan dosis pupuk pada pohon duku adalah dengan analisis daun, yang efektif mengukur kebutuhan hara dan menentukan status hara tanaman.
Tanaman duku Kumpeh yang berproduksi sekarang sebagian besar telah berumur lebih dari 50 tahun bahkan ada yang berumur lebih dari 100 tahun, merupakan tanaman warisan dari orangtua atau nenek mereka. Peremajaan dan perbanyakan tanaman dilakukan secara generatif (asal biji) atau bibit yang tumbuh secara liar di sekitar tanaman duku. Kelemahan dari perbanyakan dengan biji antara lain memerlukan waktu yang relatif lama untuk mendapatkan hasil buah (berproduksi) yaitu 15 s/d 25 tahun dan keturunan yang dihasilkan tidak selalu sama dengan induknya, sehingga untuk mempertahankan sifat suatu varietas unggul tidak tercapai. Kondisi yang demikian tidak saja menyebabkan terjadinya penurunan jumlah produksi, tetapi lebih jauh dapat mengancam populasi tanaman duku itu sendiri dan bila hal ini berlangsung terus dan tanpa adanya perluasan areal atau peremajaan serta pembudidayaannya maka populasi tanaman duku akan terancam langka, bahkan terancam punah.
Kendala yang dihadapi petani dalam pengembangan areal dan pembudidayaan tanaman duku adalah memperbanyak tanaman duku secara vegetatif dan lamanya menunggu usia produksi. Alternatif untuk menunjang pengembangan budidaya dan kelestarian tanaman duku di Provinsi Jambi adalah penyediaan bibit tanaman duku bermutu dengan cepat dan dalam jumlah banyak yaitu dengan teknik sambung pucuk.
Post a Comment